Perang Dagang Memanas, IHSG Diprediksi Melemah

17 Mei 2019 8:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah hari ini. Menurut Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan, laju IHSG akan bergerak di level support 5.811 dan level tertinggi 6.051 sepanjang perdagangan hari ini. Kemarin, Kamis (16/5), IHSG ditutup melemah di level 5.895,74 atau turun 1,42 persen.
ADVERTISEMENT
Menurut Dennies, IHSG kembali ditutup melemah didorong oleh semakin memanasnya perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Selain itu, beberapa data perekonomian China dan Amerika Serikat menunjukkan hasil di bawah ekspektasi.
“IHSG diprediksi melemah. Sentimen perang dagang yang masih panas akan mempengaruhi pergerakan IHSG. Secara teknikal candlestick membentuk long black body mengindikasikan masih ada potensi pelemahan,” tulis Dennies dalam risetnya, Jumat (17/5).
Menurutnya, pelemahan beberapa hari terakhir sudah masuk area oversold sehingga ada kemungkinan mengalami teknikal rebound dalam jangka pendek.
Ilustrasi pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (4/9). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Sementara itu, Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menyebutkan, IHSG masih berpeluang naik.
Menurut William, tekanan pada IHSG terlihat mulai terbatas. Di sisi lain, capital inflow secara year to date (ytd) masih melebihi jumlah capital outflow yang terjadi sepanjang 2018.
ADVERTISEMENT
Hal ini menurutnya merupakan salah satu faktor pendorong bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
“Hari ini peluang kenaikan masih terlihat pada IHSG,” ujarnya.
Berikut beberapa menu saham unggulan yang direkomendasikan William: PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Telekomunikasi Indonesia Persero (TLKM), dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).