Perbaiki Kualitas Air Sisa Tambang, Vale Indonesia Siapkan Rp 14,5 M

28 Agustus 2018 16:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PT Vale Indonesia (PTVI) di Investor Summit 2018 Day 2, Selasa (28/8/2018). (Foto:  Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PT Vale Indonesia (PTVI) di Investor Summit 2018 Day 2, Selasa (28/8/2018). (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Memastikan keberlangsungan ekosistem menjadi kewajiban perusahaan tambang seusai melakukan eksplorasi. Salah satu hal yang harus dilakukan pada masa purnatambang adalah memperbaiki kualitas air sisa tambang. Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, perusahaan tambang nikel, PT Vale Indonesia Tbk telah mengembangkan teknologi bernama Lamela Gravity Settler sejak tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Senior Manager of Communications Vale Indonesia Budi Handoko mengatakan, biaya operasional untuk teknologi Lamela tersebut mencapai USD 1 juta atau senilai Rp 14,5 miliar (kurs Rp 14.500/USD).
“Biayanya hampir USD 1 juta per tahun. Itu hanya untuk pengelolaan Lamela,” ungkap Budi di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (28/8).
Meski tergolong mahal, Budi mengatakan, hal tersebut wajib dilakukan perseroan untuk memastikan air yang keluar dari area tambang memenuhi baku mutu.
PLTA Karebbe Milik PT Vale Indonesia (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PLTA Karebbe Milik PT Vale Indonesia (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
Saat ini, emiten berkode INCO ini baru memiliki satu Lamela yang berlokasi di Sorowako, Sulawesi Selatan. Sebab menurut Budi, 70 persen produksi nikel masih berasal dari smelter di Sorowako. Meski demikian, Budi mengatakan, pihaknya kini tengah melakukan survei untuk membangun Lamela di lokasi lain.
ADVERTISEMENT
So far kami melihat Lamela di Sorowako hasilnya sangat menggembirakan. Kami sedang siapkan di mana lagi titik yang perlu dipasang supaya bisa meningkatkan performa. Ada satu lokasi di area Blok PTA yang akan kita pasang,” ujar Budi.
Meski demikian, Budi belum dapat memastikan kapan Lamela kedua tersebut bakal dibangun.
Ditemui pada kesempatan yang sama, Presiden Director Vale Indonesia Nico Kanter juga mengungkapkan hal senada. Menurutnya, teknologi Lamela tersebut merupakan salah satu kewajiban perseroan untuk masa purnatambang.
“Air dan danau itu selalu kami jaga. Karena kelestarian itu menjadi kewajiban paling utama,” pungkasnya.