Perdagangan dengan China Tak Imbang, RI Tekor Rp 27 Triliun

17 Mei 2019 14:33 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah perkeja memantau proses bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah perkeja memantau proses bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Indonesia mencatatkan defisit neraca perdagangan yang tinggi pada April 2019. Defisit neraca perdagangan mencapai USD 2,5 miliar atau sekitar Rp 36,25 triliun (kurs Rp 14.500 per dolar AS). Angka ini membuat kinerja neraca perdagangan terburuk sejak Indonesia merdeka untuk kategori bulanan.
ADVERTISEMENT
"Untuk defisit USD 2,5 miliar bulanan ini, di data saya Juli 2013 itu USD 2,3 miliar defisitnya, enggak ada lagi," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu (15/5).
Tingginya defisit sejalan dengan naiknya angka impor. Impor (migas dan non-migas) pada April 2019 mencapai USD 15,10 miliar, sementara ekspor sebesar USD 12,60 miliar. Dari data itu, BPS mencatat angka ekspor anjlok 10,80 persen (month-to-month/mtm), sebaliknya impor melambung 12,25 persen.
Masih menurut data BPS, China tercatat sebagai negara asal produk impor tertinggi yang masuk ke Indonesia. Total impor (non-migas) asal China mencapai USD 3,954 miliar atau setara Rp 57,333 triliun pada April 2019. Porsi produk impor non-migas asal China mencapai 29,47 persen dari total impor Indonesia selama 4 bulan pertama di 2019.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, China juga masuk daftar negara tujuan ekspor pertama bagi Indonesia. Ekspor Indonesia ke China sebesar USD 2,063 miliar pada April. Artinya, ada defisit neraca perdagangan Indonesia-China mencapai USD 1,891 miliar atau setara Rp 27,419 triliun pada April 2019.