Perdagangan RI dan Singapura Defisit Sejak 2014, Dipicu Impor Minyak

26 September 2019 17:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kilang minyak Foto: Reuters/Todd Korol
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kilang minyak Foto: Reuters/Todd Korol
ADVERTISEMENT
Neraca perdagangan Indonesia dan Singapura tercatat defisit sejak 2014. Impor migas atau BBM asal Singapura terlalu besar daripada ekspor Indonesia ke negeri itu.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2014, defisit perdagangan mencapai USD 8,45 miliar, kemudian pada tahun 2018 menjadi USD 8,52 miliar. Adapun Januari-Juli 2019 senilai USD 1,91 miliar.
"Kalau bicara data, kita defisit sejak 2014," kata Atase Perdagangan Indonesia di KBRI Singapura, Rumaksono, kepada kumparan di KBRI Singapura, Kamis (26/9).
Singapura memang cukup unik. Meskipun bukan produsen minyak, ekspor minyak negara itu cukup tinggi karena seluruh perusahaan penghasil minyak dunia membuat kantor perwakilan untuk Asia Tenggara di sana.
Alhasil, Indonesia sebagai net importir harus membeli BBM dari Singapura. Transaksi migas itu kemudian tercatat sebagai ekspor Singapura ke Indonesia.
"Kalau bicara nonmigas, kita surplus tahun 2016-2017. Kita ekspor peralatan mesin, listrik, CPO, bahan kimia besar (jumlahnya)," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Surplus nonmigas tahun 2016-2017, kata Rumaksono, tidak mampu mengkompensasi tingginya impor migas. Pun tahun 2018, neraca dagang nonmigas Indonesia-Singapura tercatat defisit karena efek perang dagang Amerika Serikat-China serta jatuhnya harga komoditas.
Atase Perdagangan Indonesia di KBRI Singapura, Rumaksono. Foto: dok. Feby Dwi Sutianto
Menurut Rumaksono, memangkas defisit perdagangan dengan Singapura tidak bisa dilakukan dengan hanya menaikkan angka ekspor nonmigas.
Sebagai gambaran, defisit migas akibat tingginya impor mencapai angka USD 4,96 miliar dan nonmigas surplus USD 804,73 juta di 2017.
"Naikkan ekspor nonmigas pun susah tekan defisit. Kecuali kita setop impor minyak dari Singapura," tambahnya.
Hal yang bisa dilakukan Pemerintah Indonesia ialah mendorong investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) asal Singapura ke Indonesia. Itu bisa memberikan kompensasi.
"Namun mereka (investor asal Singapura) masih mengeluhkan soal izin yang lama," ujarnya.
ADVERTISEMENT