Perlambatan Ekonomi AS Diprediksi Bawa Berkah ke Indonesia di 2019

17 Januari 2019 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael Tjandra Tjoajadi. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael Tjandra Tjoajadi. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ekonomi Amerika Serikat (AS) tahun ini diprediksi akan membawa berkah bagi perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan ekonomi di AS yang melambat sehingga investor akan mengeluarkan dananya dari Negeri Paman Sam dan mencari negara berkembang, salah satunya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dolar AS juga diprediksi akan terus melemah sepanjang tahun ini, sehingga nilai tukar rupiah akan menguat.
"Ada currency akan kuat dan dolar AS melemah. Jadi orang akan beli ke negara yang lebih baik, seperti negara berkembang, termasuk Indonesia. Rupiah menguat, investment akan lebih baik di 2019," ujar Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael Tjandra Tjoajadi di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (17/1).
Namun demikian, Michael menuturkan masih ada risiko di global, khususnya terkait kenaikan suku bunga acuan The Fed dan perang dagang AS-China. Hal tersebut membuat investor terus mencermati perkembangan yang ada hingga saat ini.
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (Foto: Pixabay)
"Maka orang akan wait and see, tapi some investor sudah masuk ke Indonesia. Dan di government issue orang asing beli. Artinya the positive tone ke investasi di Indonesia, ini continue 2019-2020," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Tantangan lainnya bagi Indonesia justru ketika maraknya dana asing yang masuk. Michael menyebutkan, dana yang masuk tersebut bisa saja kembali keluar jika ada sentimen positif di AS.
"Tantangan kita saat ini jika uang masuk, bahwa uang itu foreign inflow up and down. Uang masuk lalu keluar," kata dia.
Untuk itu, Michael menyarankan agar pemerintah bisa membuat suatu kebijakan agar perekonomian lebih atraktif, sehingga investor tak keluar-masuk dengan mudah.
"Tantangannya adalah bagaimana membuat ekonomi lebih atraktif, bukan hanya buat portofolio investment, tapi juga buat direct investment," tambahnya.