news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pernah Ada tapi Terhenti, Pelayaran Davao-Bitung Akan Dihidupkan Lagi

25 Januari 2019 11:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi bertemu Rodrigo Duterte (Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi bertemu Rodrigo Duterte (Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
ADVERTISEMENT
Pelayaran antara Davao di Filipina dengan Bitung di Sulawesi Utara yang diresmikan Presiden Rodrigo Duterte dan Presiden Jokowi, namun kini terhenti, akan dihidupkan lagi.
ADVERTISEMENT
Pelayaran tersebut diresmikan kedua kepala negara di sela KTT Asean, pada April 2017. Tapi ternyata muatan kargo antara Davao dan Bitung serta rute sebaliknya, terlalu sedikit sehingga jalur pelayaran ini dihentikan pada Oktober 2017, karena tidak ekonomis.
Dikutip dari Mindanews, perusahaan pelayaran asal Filipina yakni Reefer Express Lines, akan menghidupkan lagi rute tersebut pada kuartal III 2019 ini. Tapi untuk meningkatkan angkutan kargonya, rute akan dimodivikasi menjadi Davao-General Santos City-Bitung.
Otoritas Pengembangan Mindanao (MinDA) menyatakan, pelayaran yang melayani rute itu akan berjalan dua pekan sekali. “Sebelumnya, pemuatan kargo dari Davao dan Bitung terlalu sedikit,” kata juru bicara MinDA, Adrian Tamayo.
Jika rencana pengaktifan kembali rute pelayaran itu terwujud, Reefer Express Line akan menggunakan kapal RORO dengan kapasitas 200 TEU atau setara 20 kaki. Kapal itu bisa mengangkut produk kering dan beku, namun tak bisa mengangkut barang curah.
Kapal Perintis Tol Laut melakukan bongkar muatan. (Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Perintis Tol Laut melakukan bongkar muatan. (Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
Selama ini, komoditas unggulan yang diangkut dari Davao adalah pisang dan bawang merah. Selain itu juga pakan ternak, pupuk, produk es krim, unggas, produk sintetis, dan bahan kemasan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan produk yang diimpor Filipina dari Bitung, adalah produk olahan kelapa, kopra, jagung, kayu, semen, kacang tanah, air mineral, arang, kedelai, biji kopi, dan gula.
Sebelumnya, Pemerintah Presiden Duterte mencuatkan keinginan untuk membatasi impor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dari Indonesia. Hal ini dilakukan, karena Duterte menganggap Indonesia membatasi impor bawang merah dan pisang, yang menjadi produk unggulan Filipina.