Pernah Berjaya, Perusahaan Energi China Kini Tunggak Gaji Pegawai

4 Mei 2018 15:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kilang minyak (Foto: Reuters/Todd Korol)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kilang minyak (Foto: Reuters/Todd Korol)
ADVERTISEMENT
Kehidupan seperti putaran roda, kadang di atas namun ada saatnya juga di bawah. Ungkapan itu pas benar untuk menggambarkan korporasi energi China, CEFC China Energy. Dikutip dari Reuters, perusahaan yang pada 2017 lalu masuk korporasi terkemukan dalam “Fortune 500”, kini sedang mengobral asetnya.
ADVERTISEMENT
CEFC juga telah menunggak pembayaran gaji karyawannya selama dua bulan terakhir. Enam karyawan yang diwawancarai Reuters, menggambarkan keresahan di internal perusahaan yang sedang terpuruk itu.
"Ada yang sudah mencari pekerjaan baru. Yang masih ke kantor, mengisi waktu dengan membaca buku. Bahkan main kartu secara terbuka," kata pekerja. Mengutip sumber yang dekat dengan perusahaan, Reuters juga melaporkan para kreditur berebut menagih utang CEFC di tengah pengawasan ketat otoritas hukum China terhadap perusahaan.
Pada November 2017, Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) menuduh CEFC menawarkan suap sebesar USD 2 juta kepada presiden Chad untuk mendapatkan hak kelola ladang-ladang migas di negara itu. Kasus ini juga melibatkan mantan pejabat China di Hong Kong, Patrick Ho dan mantan Menteri Luar Negeri Senegal, Cheikh Gadio. Keduanya telah ditangkap di New York.
Kantor CEFC di Shanghai, China. (Foto: Reuters/Aizhu Chen)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor CEFC di Shanghai, China. (Foto: Reuters/Aizhu Chen)
Kondisi ini merupakan titik terendah perusahaan, yang pada September 2017 lalu baru saja membeli 14% saham perusahaan migas terbesar di Rusia, Rosneft, senilai USD 9 miliar. Atas kasus yang terkuak Februari lalu itu, Chairman CEFC Chine Energy, Ye Jianming, kini menghadapi rangkaian pemeriksaan hukum atas dugaan kejahatan ekonomi.
ADVERTISEMENT
CEFC yang berkantor pusat di Shanghai, didirikan pada 2002 di Fujian sebagai trader BBM. Hanya dalam beberapa tahun, bisnisnya kemudian berkembang pesat ke sektor migas dan industri keuangan. Aset usahanya tersebar di berbagai negara, dikelola oleh 30.000 karyawan.
Kini para pekerja diminta mengundurkan diri. Mereka ditawari pesangon sekali gaji untuk setiap tahun masa kerja, plus sekali gaji sebagai tambahan. "Karyawan dikasih waktu sehari untuk memikirkan tawaran itu. Begitu setuju, kontraknya segera efektif," kata seseorang yang menerima tawaran itu.
Kini tanpa bantuan dan dukungan politik, CEFC juga harus merelakan aset-asetnya terjual, untuk dapat menutupi kewajiban perusahaan kepada para kreditor. Auditor yang menyelidiki laporan keuangannya, menolak permintaan wawancara dari Reuters.