Persentase Pengangguran China Rendah, Mungkinkah TKA-nya Serbu RI?

4 Mei 2018 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Angka pengangguran China stabil. (Foto: Basith S/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Angka pengangguran China stabil. (Foto: Basith S/kumparan)
ADVERTISEMENT
Peraturan Presiden (Perpres) No. 20 Tahun 2018 tentang Tenaga Kerja Asing (TKA), mencuatkan polemik soal kedatangan para pekerja asing ke Indonesia. Salah satu yang menjadi pokok persoalan, adalah TKA China yang memang terbanyak dan jumlahnya terus bertambah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hasil penyelidikan Ombudsman Republik Indonesia (ORI) mengungkapkan, TKA asal Negeri Tirai Bambu itu merambah ke sektor pekerja kasar, yang tak membutuhkan keahlian khusus (unskill labour). Jika hal itu benar, pertanyaannya adalah sedemikian sulitkah peluang kerja di China, hingga pekerja kasar pun harus datang ke Indonesia untuk mencari penghidupan?
Dikutip dari Reuters, Biro Statistik Nasional China mengungkapkan, angka pengangguran pada Desember 2017 turun ke posisi 3,90% dibandingkan September tahun yang sama, sebesar 3,95%. Secara prosentase angka itu terbilang kecil. Sebagai perbandingan, angka pengangguran Indonesia pada Agustus 2017 (survei terakhir oleh Badan Pusat Statistik) sebesar 5,5%.
Meski secara prosentase angka pengangguran di China kecil, sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia, angka absolut jumlah pengangguran itu tentu jumlahnya besar. Dengan jumlah penduduk 1,39 miliar jiwa, China memiliki jumlah angkatan kerja terbesar. Berapa jumlah persisnya? Hanya pemerintah China dan Tuhan yang tahu.
103 WN China pelaku penipuan diamankan Polda Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
103 WN China pelaku penipuan diamankan Polda Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
Mengutip Financial Times, Fortune mengungkapkan, Barat telah lama frustrasi oleh kurangnya data pemerintah yang dapat diandalkan untuk melihat gambaran ekonomi Cina. Dan di antara yang paling tidak kredibel, adalah statistik tentang angka pengangguran resmi di negara itu.
ADVERTISEMENT
Pemerintah China merilis data pengangguran setiap tiga bulan sekali (triwulan). Itu pun yang menjadi ukuran, hanya pengangguran perkotaan. Yang mengherankan, setidaknya dalam 15 tahun terakhir, angka itu tak pernah berubah dari kisaran 4%.
Padahal sepanjang 15 tahun terakhir itu, pertumbuhan ekonomi China naik turun, pernah setinggi 14% dan beberapa tahun terakhir di kisaran 6%. ”Statistik pengangguran resmi China adalah yang terburuk dan tidak dapat dipercaya," tulis Financial Times.
Masih dari Fortune, pada 2015 dalam sebuah makalah kerja untuk Biro Riset Ekonomi Nasional, Feng Shuaizhang dari Universitas Keuangan dan Ekonomi Shangai, serta Hu Yingyao dan Robert Moffitt dari Universitas Johns Hopkins mencoba memperkirakan tingkat pengangguran riil di China.
Warga Asing diduga TKA di Bandara Haluoleo. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Warga Asing diduga TKA di Bandara Haluoleo. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Hasilnya mengejutkan. Angka pengangguran di Negeri Tirai Bambu itu ditaksir di atas 10% bahkan mendekati 12%. Para ekonom tersebut berpendapat, tingkat pengangguran di China telah lama lebih tinggi daripada di sebagian besar negara berpenghasilan tinggi.
ADVERTISEMENT
Makalah itu menyebutkan, angka pengangguran yang dilaporkan di China tidak sebesar yang sesungguhnya, karena antara lain ketatnya kategori “menganggur”. Orang yang bekerja sesekali dalam sepekan, dikelompokkan sebagai bekerja. Demikian juga dengan “Angkatan Kerja”, pendefinisiannya disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah.
Sementara itu mengutip Kementeri Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial China, rata-rata pendapatan pekerja per bulan sebesar USD 840,4 atau dengan kurs saat ini setara Rp 11,5 juta. Angka itu jauh di atas Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2017 tertinggi, yaitu di Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp 3,33 juta.