Pertamina EP Butuh Rp 1,6 T Pasang Teknologi EOR di Lapangan Tanjung

12 Maret 2019 18:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Migas, Pertamina Hulu Energi. Foto: Dok. Pertamina Hulu Energi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Migas, Pertamina Hulu Energi. Foto: Dok. Pertamina Hulu Energi
ADVERTISEMENT
PT Pertamina EP bakal menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) secara penuh atau full scale di Lapangan Tanjung yang berlokasi di Tabalong, Kalimantan Selatan. Rencananya, penerapan 100 persen teknologi ini bakal dilakukan pada kuartal IV 2021.
ADVERTISEMENT
Vice President EOR Pertamina EP, Andi W Bachtiar, mengatakan perusahaan butuh dana sekitar USD 120 juta untuk merealisasikan hal tersebut. Jika dirupiahkan dengan kurs Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat, anak usaha Pertamina di bidang hulu ini perlu merogoh kocek hingga Rp 1,68 triliun.
"Kalau full scale, kita butuh dana sekitar USD 120 juta," kata dia dalam media gathering di Hotel Oria, Jakarta, Selasa (12/3).
Saat ini, kata dia, perusahaan baru melakukan proyek percontohan di lapangan tersebut yang dimulai pada akhir 2018 lalu. Di sana, PEP menggunakan bahan kimia polymer yang diinjeksikan ke lapangan.
Tujuannya agar bisa menggenjot produksi minyak yang tidak terangkut saat pengeboran biasa di lapangan tua ini. Andi menjelaskan, dalam pilot projects ini, perusahaan hanya membutuhkan dana USD 4 juta. Biaya ini jauh lebih murah dari perusahaan semacam Chevron dan Medco yang sudah lebih dulu menerapkan EOR sebagai percobaan mereka.
ADVERTISEMENT
"Ini lebih murah dari pengeboran biasa. Medco itu butuh USD 65 juta dan Chevron USD 165 juta untuk pilot-nya. Kita bisa USD 4 juta karena sudah ada best practice dari Medco juga sih, SKK Migas dan Kementerian ESDM kasih masukkan ke kita dulu Chevron begini, Medco begini. Jadi ada pertimbangan kenapa PEP bisa USD 4 juta," jelasnya.
Aktivitas pengeboran migas. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Kalau proyek ini jadi, Pertamina EP menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi ini secara penuh. Di Indonesia, baru ada empat perusahaan yang melakukan proyek percontohan dengan teknologi polymer yakni Chevron di Lapangan Minas, Medco Rimau di Lapangan Kaji-Semoga, CNOOC di Lapangan Widuri, dan PEP di Lapangan Tanjung.
Polymer merupakan salah satu teknik EOR yang sudah terbukti dapat meningkatkan perolehan minyak dan telah banyak digunakan di lebih dari 50 lapangan minyak di dunia.
ADVERTISEMENT
Tapi, di Indonesia, kata Direktur Pengembangan PEP, John Simamora, teknologi ini masih asing digunakan. Alasannya, karena perusahaan mesti menghitung keekonomiannya, apalagi lapangan PEP banyak namun kecil-kecil.
Untuk biaya operasi saat ini sebesar USD 15-45 per BOE dengan rata-rata USD 25 per BOE. Target Internal Rate of Return (IRR) sebesar 13 persen.
Karena itu, John meminta pemerintah untuk memberikan insentif bagi perusahaan migas termasuk Pertamina yang sudah menerapkan teknologi EOR ini. Dengan adanya insentif, perusahaan akan lebih semangat lagi menggenjot produksi minyak di lapangan tua.
"Ini bukan untuk Pertamina saja, tapi seluruh perusahaan migas di Indonesia, karena kan kadang kalau di bawah (minyak yang belum keambil) industri perminyakan dapatnya segitu, mending ke industri lain. Jadi (kuncinya) di insentif karena kalau mau EOR jalan, ya dorong peraturannya dulu," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Selain Lapangan Tanjung, PEP membidik banyak lapangan untuk diterapkan dengan teknologi ini. Total ada 9 lapangan. Kesembilan lapangan ini didahulukan karena berpotensi bisa menggenjot produksi minyak lebih banyak lagi. Sebab, masih ada cadangan minyak di sana sekitar 300-700 juta billion of stock tank barrels (BTSB).
Sembilan lapangan tersebut adalah Rantau, Sago, dan Ramba di Pertamina EP Aset 1n Jirak dan Limau di Pertamina EP Asset 2, Tambun dan Jatibarang di Pertamina EP Asset 3, serta Sukowati di Pertamina EP Asset 4, dan Tanjung di Pertamina EP Asset 5.
Untuk lapangan Tanjung, Rantau, Sago, Jirak, dan Limau menggunakan kimia yang disuntikan ke sumur migas, sedangkan empat lainnya menggunakan metode karbondioksida (CO2).
ADVERTISEMENT
"Pemetaan sudah, rencana sedang diajukan. Makanya kami utamakan yang besar-besar dulu," kata dia.