Perusahaan Tambang Batu Bara Skala Kecil Mulai Megap-megap

8 Oktober 2019 10:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga batu bara terus menurun dalam 14 bulan terakhir atau sejak Agustus 2018. Penurunannya cukup tajam, pada Agustus 2018 Harga Batubara Acuan (HBA) masih USD 107,83 per ton, kini di Oktober 2019 tinggal USD 64,80 per ton alias merosot 40 persen.
ADVERTISEMENT
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengungkapkan, penurunan harga ini membuat perusahaan-perusahaan tambang skala kecil berencana menghentikan aktivitas produksi untuk sementara.
"Tentunya (perusahaan tambang) yang skala kecil, apalagi yang produksi (batu bara) kalori rendah dampaknya sangat terasa. Bahkan kabarnya ada beberapa yang mungkin akan menghentikan sementara produksinya. Tapi kurang tahu persis ada berapa banyak," kata Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia kepada kumparan, Selasa (8/10).
Penurunan harga ini juga membuat perusahaan-perusahaan tambang batu bara mengurangi pengeluaran untuk investasi, rencana-rencana eksplorasi untuk menemukan cadangan baru ditunda.
"Ada kemungkinan kondisi ini dapat berpengaruh terhadap rencana eksplorasi yang sejak beberapa tahun terakhir ini aktivitasnya sudah sangat rendah," ujar Hendra.
Sebuah kapal tongkang membawa batu bara yang menunggu masuk bongkar muat di pelabuhan tanjung priok. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Sebelumnya diberitakan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA Oktober 2019 senilai USD 64,80 per ton. Harga acuan tersebut turun tipis dibandingkan September 2019 senilai USD 65,79 per ton.
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan Agustus 2019 yang tercatat USD 72,67 per ton, maka penurunan harga acuan batu bara sudah mencapai 10 persen.
Penetapan HBA merujuk pada pergerakan harga batu bara dunia atau index pasar internasional. Ada empat index yang dipakai Kementerian ESDM, yakni Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Global Coal (GC), New Castle Export Index (NEX), dan Platts59. Bobot masing-masing index sebesar 25 persen dalam formula HBA.
Ilustrasi batu bara Foto: Kurtdeiner/pixabay
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, mengatakan penurunan HBA terjadi karena permintaan dari China terus turun. Sebab, Negeri Tirai Bambu itu sedang menggenjot produksi batu bara dalam negerinya.
"Faktor lainnya karena masih berlanjutnya perang dagang antara negara Tiongkok dan Amerika Serikat serta menurunnya permintaan batu bara dari benua Eropa," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, banjir yang melanda India berpotensi mengerek harga di November mendatang. Sebab, India membutuhkan pasokan impor batu bara seiring dengan terhentinya salah satu tambang terbesar yang memproduksi batu bara. "Bulan depan kemungkinan naik karena banjir India," tutup Agung.