news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Petani Bilang Harga Jagung Turun, Kenapa Harga Pakan Tetap Mahal?

16 Februari 2019 10:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jagung hasil panen petani Ponorogo, Jawa Timur. Meski mulai masuk musim panen, pemerintah memutuskan impor jagung, untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jagung hasil panen petani Ponorogo, Jawa Timur. Meski mulai masuk musim panen, pemerintah memutuskan impor jagung, untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Kisruh pasokan dan harga jagung, bikin bingung petani dan peternak. Jagung merupakan komponen utama pakan ternak. Petani mengaku harga jagung mulai turun, tapi peternak merasa harga pakan masih tinggi.
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertanian atau Kementan menyatakan, panen jagung tengah berlangsung di sejumlah wilayah di Indonesia. Kepala Sub Direktorat Jagung dan Serealia Kementan Andi Saleh menjelaskan, panen yang melimpah membuat harga jagung saat ini turun.
“Harga mulai turun dari kisaran Rp 5.200 - Rp 5.400 per kilogram menjadi Rp 4.300 - Rp 4.700 per kilogram dengan kadar air 15-17 persen,” paparnya melalui pernyataan tertulis, Jumat (15/2).
Pengepul di Kecamatan Bungkal, Ponorogo, menjemur jagung hasil panen petani. Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak, pemerintah mengimpor jagung. Foto: kumparan
kumparan pun mengecek klaim Kementan itu ke Ponorogo, Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur, merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia.
Seorang petani yang juga pengepul jagung di Kecamatan Bungkal, Nanang Dwi Prasetyo mengaku, harga jagung saat ini turun drastis. Sebelumnya, harga jagung kering mencapai Rp 5.700 per kilogram (kg), saat ini Rp 4.700 per kg.
ADVERTISEMENT
"Turun drastis. Rp 4.700 itu jagung sangat kering," kata Nanang saat ditemui kumparan di rumahnya.
Jagung hasil panen petani Ponorogo, Jawa Timur. Meski mulai masuk musim panen, pemerintah memutuskan impor jagung, untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Foto: kumparan
Ia menjelaskan, turunnya harga jagung itu dipicu oleh kabar adanya jagung impor.
"Sebenarnya kami tidak setuju dengan adanya impor," kata Nanang.
Dia menambahkan, saat ini dia sangat sulit menjual jagung ke pabrik pakan ayam. Kalau pun bisa, harganya sangat rendah.
Panen jagung juga sedang berlangsung di Kabupaten Probolinggo. Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari mengungkapkan, daerahnya punya lahan 2.075 hektare (ha) yang sedang panen jagung. Sekitar 600 ha di antaranya sudah panen pada Januari lalu.
“Produksinya mencapai 8 ton pipilan kering per hektare,” katanya seperti dikutip dari Antara.
Meski sejumlah wilayah mulai panen jagung dan harganya turun, namun para peternak mengaku masih membeli pakan dengan harga mahal.
ADVERTISEMENT
Seorang peternak ayam petelur di Kabupaten Ponorogo, Nganio menjelaskan, harga pakan ternak yang sebelumnya bisa dia tebus Rp 292.500 per sak, sekarang harganya Rp 320.000 per sak. Setiap sak (karung) berisi 50 kilogram.
“Makanya saya beralih ke pakan ayam yang biasa. Sekarang harga pakan biasa juga sudah Rp 290.000-an," terang petani di Desa Bringinan, Kecamatan Jambon itu kepada kumparan.
Langkah itu terpaksa dilakukan, untuk menjangkau biaya produksi dan mengejar keuntungan. Tapi pilihannya itu berisiko menurunkan produksi telur.
Senasib dengan Nganio, peternak lainnya Agus Budi Nurcahyo juga mengaku serba salah. Tetap memakai pakan super, maka biaya jadi mahal. Sementara menurunkan standar pakan, produksi telurnya turun. Sehingga meskipun harga jual telur naik, dia tak bisa menikmati keuntungan lebih.
Jagung hasil panen petani Ponorogo, Jawa Timur. Meski mulai masuk musim panen, pemerintah memutuskan impor jagung, untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Foto: kumparan
Saat ini, menurut Budi, harga telur di kandang mencapai Rp 21.000 hingga Rp 22.000 per kg. Biasanya hanya Rp 18.000 per kg.
ADVERTISEMENT
"Iya harga pakan naik. Yang super Rp 320.000. Saya pakai itu juga sih. Daripada risiko hasil telurnya menurun," kata pria 28 tahun ini.
Terkait tak sinkronnya penurunan harga jagung dengan harga pakan yang justru masih mahal, Andi Saleh punya penjelasan.
“Produksi jagung ada di seluruh Indonesia, sementara konsumen jagung terbesar ada di Jawa, terutama di Jawa Timur. Perbaikan infrasturktur logistik yang sifatnya lintas sektoral itu bisa dikoordinasikan oleh Kemenko Perekonomian,” tegas Andi.