PLN Bikin Pembangkit Tenaga Surya untuk Terangi Pulau Terpencil di NTT

22 Juli 2019 19:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemasangan PLTS di Pulau Seraya Besar, NTT. Foto: dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
Pemasangan PLTS di Pulau Seraya Besar, NTT. Foto: dok. PLN
ADVERTISEMENT
PT PLN (Persero) tengah menyiapkan suplai listrik untuk sejumlah pulau terpencil. Di Kabupaten Manggarai Barat, terdapat empat titik yang disiapkan, yakni Desa Seraya Maranu (Pulau Seraya Besar), lalu Desa Papagarang (Pulau Papagarang), Desa Pasir putih (Pulu Messa) dan untuk Kecamatan Boleng, Desa Batu Tiga (Pulau Boleng).
ADVERTISEMENT
Pulau-pulau itu akan dilistriki dengan PLTS (Sel fotovoltaik tenaga surya, Inverter PV, Inverter Bidirectional dan Baterai) yang beroperasi 24 jam. Semua material diangkut dengan kapal dari Jakarta - Labuan Bajo dan lanjut ke Pulau Seraya.
Saat ini Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal berkapasitas 190 kWp sudah bisa menerangi 162 kepala keluarga (KK) di Desa Seraya Maranu, Pulau Seraya Besar. Sementara untuk pulau-pulau lainnya masih dalam proses pembangunan.
Pemasangan PLTS di Pulau Seraya Besar, NTT. Foto: dok. PLN
General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT, Ignatius Rendroyoko menyampaikan, pihaknya berupaya memberi pelayanan hingga ke pelosok negeri dan meningkatkan Rasio Elektrifikasi, serta penggunaan energi baru terbarukan.
"Kehadiran PLTS komunal ini untuk mempercepat melayani listrik di desa yang belum berlistrik atau di kepulauan terisolir," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Senin (22/7).
ADVERTISEMENT
Rendroyoko berharap, masyarakat setempat memanfaatkan listrik secara bijak, sehingga bisa mendorong pengembangan potensi setempat, misalnya usaha resort dan perikanan.
Pemasangan PLTS di Pulau Seraya Besar, NTT. Foto: dok. PLN
Sebelum adanya listrik PLN, warga desa harus membeli 50 liter Solar per bulan untuk menghidupkan genset. Biaya yang dikeluarkan untuk genset mencapai Rp 322.500 per bulan. Itu hanya untuk listrik selama 4 jam dari 18.00 hingga 22.00 WITA.
Sedangkan untuk listrik PLN, cukup Rp 100.000 per bulan dan menyala 24 jam. "Perbandingannya 1 banding 3,2, lebih hemat dengan listrik PLN," ucap Rendroyoko.
Kepala Desa Seraya Maranu, Sutirman, berharap adanya listrik dapat meningkatkan perekonomian daerah. "Dengan adanya listrik PLN, ke depannya penerangan dan produk masyarakat desa bisa bersaing secara nasional dan tidak menutup kemungkinan bisa go internasional. Saya yakin, ke depannya akan banyak UKM-UKM (usaha kecil menengah) yang akan bermunculan sebagai dampak positif dari masuknya listrik ke desa kami, karena teknologi dalam bentuk apapun membutuhkan listrik," tutupnya.
ADVERTISEMENT