PLTU di Hong Kong Gunakan Batu Bara Rendah Sulfur dari Adaro

9 Juli 2019 7:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kebutuhan listrik di Hong Kong, salah satunya disuplai oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) bernama Castle Peak Power Station yang dimiliki CLP (China Light and Power) Group. Pasokan batu bara PLTU ini, sekitar 30 persennya, berasal dari PT Adaro Energy Tbk (ADRO). CLP mencari kualitas batu bara berkualitas tinggi untuk menunjang program ‘hijau’ yang telah dicanangkan.
ADVERTISEMENT
CLP membeli batu bara dari Adaro karena kandungan batu baranya memiliki sulfur yang rendah, meski kalorinya lebih rendah dibanding batu bara dari perusahaan lain. Batu bara yang rendah sulfur ini menyisakan residu abu yang rendah, sehingga lebih ramah lingkungan dan mendukung program langit biru PLTU ini.
Sebenarnya CLP memiliki beberapa pembangkit listrik yang tersebar di Hong Kong dan China. Selain PLTU yang berbahan bakar batu bara, CLP juga memiliki pembangkit listrik tenaga air, nuklir dan gas alam. Intinya, CLP sudah melakukan pembauran energi dalam pembangkit listriknya, demi pengurangan emisi dan energi hijau. Namun, dari jumlah produksi listrik saat ini, 50 persennya masih disumbang oleh PLTU Castle Peak Power Station.
ADVERTISEMENT
Pembangkit PLTU Castel Peak Power Station ini berada di kawasan distrik baru di kawasan Kowloon, Hong Kong. Ada dua generator yang dioperasikan PLTU Castle Peak Power Station, yaitu A dan B. Castel Peak Power A mulai beroperasi pada tahun 1982, sementara Castle Peak Power B mulai beroperasi pada tahun 1985. Total kapasitas listrik dari dua generator di PLTU ini sebesar 4.108 Mega Watt (MW), yang merupakan salah satu pembangkit listrik terbesar di dunia.
Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir, saat mengunjungi Castle Peak Power Station di Hong Kong. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Saat ini, PLTU milik CLP ini melayani sekitar 6 juta warga Hong Kong atau sekitar 80 persen dari jumlah warga Hong Kong. Peningkatan permintaan listrik yang sangat signifikan sejak tahun 1990, ternyata bisa diikuti oleh CLP dengan pengurangan emisi 80 persen dalam kurun waktu yang sama.
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara CLP memperoleh batu bara dengan kandungan sulfur yang rendah? Ternyata, salah satunya CLP bermitra dengan produsen batu bara asal Indonesia, Adaro Energy.
Direktur Senior CLP Power, Pak Cheong Lo, mengungkapkan pihaknya sudah menggunakan sekitar 40 juta ton batubara dari Adaro, hingga saat ini.
“Batu bara Adaro itu memiliki emisi yang rendah dan kualitasnya bagus,” ujar dia saat menerima kunjungan Adaro dan para pemimpin media asal Indonesia, di Hong Kong, Senin (8/7).
Pak Cheong menjelaskan bahwa dengan kualitas seperti itu, maka Adaro menjadi partner jangka panjang dan penting. Dia pun berterima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Adaro selama ini.
Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir, yang juga hadir dalam kunjungan ini menyampaikan terima kasih kepada CLP yang telah memberi kepercayaan kepada Adaro. Pengusaha yang akrab disapa Boy Thohir itu menceritakan bahwa Adaro sudah memasok batu bara ke CLP selama 20 tahun.
PLTU Castle Peak Power milik CLP di Hong Kong. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Boy Thohir takjub dengan manajemen CLP dalam mengoperasikan PLTU yang sudah berusia 37 tahun itu. CLP mengelola dan mengoperasikan jaringan transmisi dan distribusi kelas dunia, didukung oleh para profesional yang berdedikasi menggunakan teknologi, sistem, dan proses terbaru. Faktor-faktor ini membantu CLP mempertahankan tingkat keandalan pasokan kelas dunia yang sangat mengesankan, yaitu 99,999 persen. Dalam satu tahun, rata-rata padamnya listrik CLP ini hanya beberapa detik.
ADVERTISEMENT
“Walaupun pembangkitnya sudah tua, perawatannya sangat bagus. Mereka tidak mau menggunakan batu bara yang kualitas rendah,” tutur Boy.
Dengan perawatan yang baik, dia menjelaskan bahwa PLTU CLP ini tetap bersih. Emisinya, ujar dia, tidak sampai merusak lingkungan. Regulasi soal lingkungan di Hong Kong sangatlah ketat.
“Dengan teknologi lama saja bisa tetap bersih, asal perawatannya bagus dan efisien,” kata Boy.
Untuk menjalankan PLTU-nya, CLP memerlukan batu bara sebanyak 6,5 juta ton setiap tahun. Sekitar 2,3 juta sampai 2,5 juta ton di antaranya dipasok oleh Adaro.
Direktur Senior CLP Power, Pak Cheong Lo. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Ekspor batu bara Adaro ke Hong Kong sendiri setiap tahun sekitar 3,5 juta ton. Selain untuk CLP Group, batu bara Adaro juga disalurkan untuk Hong Kong Electric. Boy Thohir mengakui bahwa dengan standar lingkungan yang tinggi, persyaratan ekspor batubara ke Hong Kong sangatlah ketat.
ADVERTISEMENT
Dalam setahun terakhir, kapasitas produksi batu bara Adaro sekitar 56 juta ton. Sebanyak 70 persennya diekspor ke 17 negara di seluruh dunia. Menurut Boy, Ekspor terbesar dilakukan ke Malaysia, kemudian Jepang, lalu China-Hong Kong.
“Tidak ada batu bara dengan sulfur rendah di Indonesia, selain yang diproduksi Adaro,” kata Boy