Plus Minus Dampak Penundaan Proyek Kelistrikan 15.200 MW ke Rupiah

5 September 2018 20:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembangkit Listrik Tenaga Uap, Indramayu (Foto: Antara/Dedhez Anggara)
zoom-in-whitePerbesar
Pembangkit Listrik Tenaga Uap, Indramayu (Foto: Antara/Dedhez Anggara)
ADVERTISEMENT
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, memaksa pemerintah menunda sejumlah proyek infrastruktur khususnya yang memiliki kandungan impor tinggi, termasuk program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 15.200 MW dari program 35.000 MW diputuskan untuk ditunda. Proyek-proyek yang ditunda ini adalah proyek yang belum financial close alias belum mendapat kepastian pendanaan.
Pembangkit-pembangkit tersebut tadinya ditargetkan selesai pada 2019. Namun akibat penundaan ini, jadwal operasinya digeser ke 2021 hingga 2026, disesuaikan juga dengan pertumbuhan konsumsi listrik nasional.
Terkait hal ini, Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) menyatakan dapat memaklumi langkah pemerintah yang sedang berupaya menahan penguatan dolar AS. Dalam jangka pendek, penundaan proyek-proyek kelistrikan dapat membantu memperkuat rupiah.
"Menurut saya kebijakan pemerintah saat ini berorientasi jangka pendek, terutama dari sisi menyelematkan penurunan nilai rupiah dan sentimen negatif," kata Ketua Umum APLSI Arthur Simatupang saat dihubungi kumparan, Rabu (5/9).
ADVERTISEMENT
Namun, dalam jangka panjang, langkah pemerintah ini akan berdampak negatif pada investasi di bidang ketenagalistrikan. Penundaan proyek menyebabkan munculnya ketidakpastian bagi investor.
Petugas memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/9). (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/9). (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
APLSI meminta pemerintah mencermati risiko ini agar penundaan proyek kelistrikan tak menjadi bumerang. Ketidakpastian akan membuat investor tak nyaman, sementara investasi juga dibutuhkan untuk memperkuat rupiah.
"Secara jangka panjang, iklim investasi di sektor riil seperti ketenagalistrikan pasti akan terpengaruh. Terutama karena penundaan tersebut menimbulkan ketidakpastian," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, pergeseran proyek-proyek pembangkit listrik karena ada tekanan dari pengadaan untuk pengurangan barang impor. Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) di proyek pembangkit itu rata-rata hanya 20-40 persen, maksimal hanya sampai 50 persen.
Total nilai investasi dari proyek-proyek yang digeser mencapai USD 24-25 milia. Adapun proyek pembangkit yang ditunda dari 2019 ke 2021-2026 akan mengurangi beban impor kira-kira USD 8-10 miliar.
ADVERTISEMENT