Prabowo Bilang Utang PLN Mengerikan, Begini Laporan Keuangannya

15 Januari 2019 11:03 WIB
Prabowo Subianto saat di JCC, Senayan, Jakarta, pada Senin (14/1/2019). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto saat di JCC, Senayan, Jakarta, pada Senin (14/1/2019). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Calon Presiden RI nomor urut 02 Prabowo Subianto menggelar pidato kebangsaan di JCC, Senayan, Jakarta, dengan mengusung visi misi mereka yang baru, Indonesia Menang.
ADVERTISEMENT
Dalam pidatonya yang panjang, Prabowo menyebut beberapa perusahaan negara yang saat ini tengah terbelit utang besar. Di antaranya adalah PT PLN (Persero).
Menurut Prabowo, perusahaan tersebut di masa lalu dibangun oleh Presiden Sukarno. Tapi saat ini, kondisinya mengerikan karena memiliki utang besar.
“PLN dan Krakatau Steel kebanggaan kita dulu dibangun Bung Karno, diselesaikan Pak Harto, sekarang utangnya mengerikan,” kata dia di JCC, Jakarta, Senin (14/1).
Bagaimana sebenarnya kondisi keuangan PLN?
Dikutip kumparan dari laporan keuangan PLN untuk periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2018 dan 2017, pada kuartal III 2018 total utang PLN mencapai Rp 543,42 triliun. Utang ini terdiri dari utang jangka panjang sebesar Rp 382,3 triliun dan utang jangka pendek Rp 161,12 triliun.
ADVERTISEMENT
Sementara total aset PLN mencapai 1.386 triliun dan ekuitas 842,99 triliun. Sedangkan pendapatan usaha PLN di Januari-September 2018 sebesar Rp 200,91 triliun.
Gedung PLN (Foto: wikimapia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung PLN (Foto: wikimapia.org)
Adapun jumlah beban usaha PLN mencapai Rp 224 triliun. Dengan pendapatan usaha Rp 200,91 triliun dan beban usaha Rp 224 triliun, rugi usaha sebelum subsidi mencapai Rp 23,08 triliun.
Untuk menutup rugi usaha Rp 23,08 triliun, pemerintah sudah memberi subsidi Rp 39,77 triliun sehingga PLN mencetak laba usaha setelah subsidi Rp 16,69 triliun.
Ditambah penghasilan keuangan Rp 585,9 miliar dan penghasilan lain-lain Rp 8,52 triliun, kemudian dikurangi beban keuangan Rp 16,18 triliun, PLN mendapat laba sebelum selisih kurs dan pajak Rp 9,61 triliun.
Namun, laba sebelum selisih kurs dan pajak tersebut tergerus oleh kerugian kurs mata uang asing sebesar Rp 17,32 triliun. Kerugian kurs ini timbul karena pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS.
ADVERTISEMENT
Dampaknya, PLN mengalami rugi sebelum pajak sebesar Rp 7,7 triliun. Ditambah beban pajak sebesar Rp 10,7 triliun, rugi tahun berjalan (Januari-September 2018) PLN mencapai Rp 18,4 triliun.