news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Prediksi Terburuk Rupiah Bisa Capai Rp 15.500 per Dolar AS di 2019

6 Maret 2019 13:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bisa mencapai Rp 15.500 per dolar AS jika situasi global maupun domestik di luar prediksi. Proyeksi terburuk kurs rupiah tersebut berdasarkan analis IndoSterling Aset Manajemen (IAM).
ADVERTISEMENT
Chief Investment Officer IAM Fitzgerald Steven Purba mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tersebut bisa dicapai jika situasi global semakin memanas, misalnya saja perang dagang yang kembali muncul hingga kebijakan Bank Sentral AS atau The Fed yang bisa saja berubah dari yang saat ini melunak atau dovish.
"Worst case rupiah ada di Rp 15.500. Ini kalau situasi global melenceng jauh dari prediksi market saat ini," ujar Steven di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (6/3).
Tak hanya itu, situasi politik domestik juga turut memengaruhi pergerakan kurs. Steven bilang, jika dalam proses Pemilu gonjang-ganjing yang mengakibatkan sentimen negatif, maka rupiah bisa saja berada pasa proyeksi terburuk tersebut.
"Politik di domestik juga berpengaruh. Investor bisa tarik dananya kalau proses Pilpres nanti menimbulkan dampak negatif," katanya.
Ilustrasi Dolar-Rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Sementara jika situasi global maupun domestik berjalan sesuai prediksi, rupiah akan menguat di level Rp 13.500 per dolar AS. Sedangkan proyeksi rata-rata rupiah sepanjang tahun ini akan berada di level Rp 14.200 per dolar AS.
"Kalau semua smooth, bisa Rp 13.500 per dolar AS. Base case kita Rp 14.200," jelas Steven.
Secara umum, Seteven melanjutkan, perekonomian domestik akan tetap berjalan siapapun presiden yang terpilih pada Pilpres April mendatang. Namun, menurutnya akan ada sedikit koreksi jika presiden yang terpilih bukanlah petahana.
"Siapapun presidennya, segala roda ekonomi akan berjalan. Tapi mungkin ada terjadi koreksi di modal portofolio karena kan terbiasa pakai ritme Pak Jokowi. Kalau Pak Prabowo menang akan menyesuaikan kembali karena tentu beda dalam hal kerja," tambahnya.
ADVERTISEMENT