Produk Mainan Lokal Belum Mampu Bersaing dengan Impor

24 Februari 2018 7:19 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mainan anak kendaraan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Mainan anak kendaraan (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Produk mainan anak dalam negeri rupanya masih saja sulit untuk bersaing dengan produk impor. Sampai saat ini produksi dalam negeri masih belum bisa menyamai barang-barang impor. Hal ini membuat persaingan di pasaran semakin tidak mumpuni.
ADVERTISEMENT
Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Sutjiadi Lukas menjelaskan, saat ini produksi mainan dalam negeri masih tertingal jauh dengan produk impor. Untuk pangsa pasarnya sekitar 60% masih dikuasai mainan impor, sedangkan hanya 40% untuk mainan lokal.
"Pangsa pasar cukup besar ya, sekitar 60-65% untuk mainan impor dan 30-40% mainan lokal. Sebenarnya mainan lokal itu masih belum bisa bersaing dengan produk luar yang sudah pakai teknologi, produk lokal masih terbuat dari plastik sama kayu (wood)," ujarnya kepada kumparan (kumparan.com), Sabtu (24/2)..
Menurutnya, hal ini dikarenakan pengelolaan produsen dalam negeri minim inovasi, pun begitu dengan pengelolaan produksi mainan yang masih konvensional. Sutjiadi mengungkapkan, mainan impor sebagian besar berasal dari China.
Anak menyusun balok mainan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Anak menyusun balok mainan (Foto: Pixabay)
"Karena di China itu harga lebih murah, teknologi juga baik, jadi bukan berarti karena produk China jadi kualitas jelek. Sekarang banyak negara-negara Eropa, Amerika yang mereka produksi mainan di China, contoh seperti Lego, Gundam," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut ia menjelaskan, sebenarnya negara Eropa dan Amerika membuat mainan di China. Hal ini juga yang mempengaruhi harga barang dari Eropa dan Amerika lebih tinggi saat datang ke Indonesia. Karena prosesnya dari produsen lalu barang dikirim ke China lalu di kembalikan ke produsen lagi baru barang tersebut dijual ke Indonesia.
"Jadi itu alurnya pertama kita memesan produk dari negara Eropa sama Amerika, mereka produksinya di China lalu mereka ambil lagi baru dijual lagi ke Indonesia, itu yang buat harga barang jadi tinggi," pungkasnya.