Produksi Barang Substitusi Impor Harus Didorong tapi Perlu Insentif

11 September 2018 14:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengusaha Rachmat Gobel (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengusaha Rachmat Gobel (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah menaikkan Pajak Penghasilan (PPh) hingga 10 persen bagi 1.147 barang impor sejak 5 September 2018. Hal itu dilakukan untuk menurunkan nilai impor yang saat ini lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor. Pengurangan nilai impor berarti memperbaiki neraca perdagangan Indonesia yang selalu defisit.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kenaikan PPh bagi 1.147 barang impor itu, pemerintah kini mendorong agar industri dalam negeri memproduksi barang sejenis. Sebab diharapkan, impor yang dilakukan Indonesia semakin sedikit di kemudian hari.
Pengusaha yang juga mantan Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, berpendapat untuk mendorong industri dalam negeri memproduksi barang subtitusi impor, pemerintah harus memberikan beberapa fasilitas, misalnya seperti insentif pajak.
"Ya memang yang tadinya impornya banyak, itu dibuat di lokal. Tapi harus kita berikan insentif, pajak misalnya, sekarang kan kondisinya agak sulit," katanya kepada kumparan, Selasa (11/9).
Tidak hanya itu. Untuk mempermudah industri dalam negeri berekspansi, dia meminta pemerintah juga tak memperumit perizinan. Hal itu harus dilakukan untuk membuktikan bahwa pemerintah mendukung pengembangan industri dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Kemudahan perizinan perlu dikasih juga supaya industrinya semangat. Didorong tapi benar-benar pemerintah harus mendorong," papar Rachmat.
Pun di saat rupiah loyo terhadap dolar AS seperti sekarang ini, dia memandang, pemerintah semestinya memfasilitasi industri dalam negeri untuk memperbanyak ekspor. Dengan begitu, pengusaha di Indonesia akan menikmati penguatan dolar AS.
"Kalau melihat ini, justru pemerintah sebaiknya mendorong para pengusaha di Indonesia itu meningkatkan ekspor. Berikan fasilitas-fasilitas untuk itu," ucapnya.
Pekerja membuat seragam sekolah di salah satu industri rumahan seragam sekolah di kawasan Dupak Bandarejo, Surabaya, Jawa Timur. (Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja membuat seragam sekolah di salah satu industri rumahan seragam sekolah di kawasan Dupak Bandarejo, Surabaya, Jawa Timur. (Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
Rachmat menjelaskan, pemberian insentif kepada industri di saat rupiah melemah memang perlu dilakukan. Sebab beberapa waktu terakhir, sebagian besar industri mengalami kenaikan biaya operasional ketika dolar AS menguat terhadap rupiah.
"Pasti ada kenaikan karena dolar AS menguat, enggak mungkin enggak. Selama dolar AS menguat, kami menurunkan salah satu pos cost produksi agar harga jual bisa memenuhi biaya produksi," tegas Rachmat.
ADVERTISEMENT