news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Produksi Rokok Kretek Tangan Terus Turun dalam 5 Tahun Terakhir

25 Juli 2018 18:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pekerja rokok.  (Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pekerja rokok. (Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho)
ADVERTISEMENT
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mencatat jumlah produksi rokok kretek tangan atau Sigaret Kretek Tangan (SKT) dalam negeri terus mengalami penurunan. Dalam 5 tahun terakhir (2013-2017), produksinya turun hingga 22,63 persen.
ADVERTISEMENT
Ekonom INDEF Enny Sri Hartati merinci, pada 2013 produksi rokok kretek mencapai 87,8 miliar batang dengan jumlah pabrik yang mencapai sebanyak 610 unit.
Pada 2014, produksi turun menjadi 74,4 miliar batang dan jumlah pabrik hanya 535 unit. Lalu pada 2015, produksinya turun lagi menjadi 72,7 miliar batang dan jumlah pabrik 503 unit.
“Pada 2016 turun lagi, produksi 70,8 miliar batang dan pabrik 559 unit. 2017 anjlok jadi hanya 68 miliar batang dan 590 pabrik. Rata-rata pertumbuhan produksi minus 5 dan jumlah pabrik juga minus 5,” kata Eni di Jakarta, Rabu (25/6).
Penurunan ini cenderung tajam dibandingkan produksi Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebesar 3,6 miliar batang dan pabrik minus 1,75 unit serta Sigaret Putih Mesin (SPM) sebesar minus 1 miliar batang dan minus 0,25 unit pabrik di periode yang sama.
ADVERTISEMENT
Menurut Enny, penurunan masif ini akan berdampak pada indikator ekonomi makro. Dia menyebut pada indikator Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi -0,82 persen, upah riil -1,24 persen, konsumsi rumah tangga -0,96 persen, inflasi 0,41 persen, dan investasi -0,012 persen.
Penurunan produksi ini juga berdampak pada indikator kinerja Industri Hasil Tembakau (IHT) SKT pada tenaga kerja turun kerja -12,65 persen, nilai tambah -23,66 persen, penjualan -19,79 persen, ekspor -18,73 persen, penerimaan negara -7,62 persen.
“Dampak penurunan SKT juga terjadi pada petani tembakau, di mana tenaga kerjanya turun menjadi -7,5 persen dan pendapatan riil petani turun juga -1,25 persen,” katanya.