Proses Holding Perbankan Sudah Sampai Tahap Finalisasi

28 Desember 2017 17:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT Bank BTN, Maryono (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT Bank BTN, Maryono (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
ADVERTISEMENT
Proses pembentukan holding perbankan atau jasa keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih terus berjalan. Menurut Kementerian BUMN, pembentukan holding perbankan ditargetkan rampung pada kuartal pertama tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Hal ini dibenarkan oleh Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Maryono usai acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 2018.
“Proses sudah tinggal finalisasi saja. Insyaallah malah lebih cepat,” katanya di Menara BTN, Jalan Gajah Mada, Jakarta, Kamis (28/12).
Setelah holding perbankan terbentuk, hal pertama yang akan dilakukan adalah berkoordinasi antar model-model bisnis perbankan, terkait dengan ATM Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara). Kemudian, soal pengumpulan dana untuk pemenuhan ekuitas perseroan dengan dibantu oleh bank-bank anggota holding lainnya.
“Sehingga bisa lebih mudah dan lebih cepat, serta bisa meningkatkan setoran modal,” lanjutnya.
Kantor Kementerian BUMN di Medan Merdeka Selatan. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Kementerian BUMN di Medan Merdeka Selatan. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Keuntungan kedua adalah, perseroan juga bisa menambah sumber pendanaan untuk kepentingan perusahaan, baik jangka menengah maupun jangka pendek. Misalnya, untuk perluasan penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari bank-bank lain.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masalah pelayanan, Maryono menyebut, nantinya BTN paling diuntungkan dengan adanya ATM Himbara.
“Yang dulu kita cuma punya 1.200-1.300 rumah ATM, nanti otomatis kita tidak perlu investasi untuk menambah lagi. Kita bisa mendapatkan rumah ATM sampai 60.000 dengan adanya holding ini,” jelasnya.
Ia juga mengatakan, secara bertahap, transfer antar bank pelat merah diarahkan untuk bisa gratis, sementara saat ini masih dikenai biaya Rp 4.000 untuk setiap transaksi.
“Arahnya memang pelan-pelan ke sana, biar lebih efisien. Sehingga nasabah setiap holding standarnya sama,” katanya.