Proyek Kereta Cepat Berjalan Lambat, Menhub Akan Panggil Direksi KCIC

22 Oktober 2018 13:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Miniatur kereta cepat Jakarta-Bandung. (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Miniatur kereta cepat Jakarta-Bandung. (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
ADVERTISEMENT
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung menjadi salah satu proyek infrastruktur perhubungan yang hingga kini belum juga kelar pengerjaannya. Padahal, studi kelayakan atau feasibility study sudah dimulai sejak 2014 lalu.
ADVERTISEMENT
Pada Juni lalu, proyek yang dikerjakan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) baru berjalan 5 persen. KCIC menargetkan hingga akhir tahun ini progresnya jadi 25 persen. Adapun proyek kereta cepat Jakarta Bandung ditargetkan selesai pada semester I 2021.
Terkait hal tersebut, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku akan memanggil direksi KCIC minggu depan. Budi Karya akan meminta laporan terbaru dari proyek sepanjang 142,3 km ini.
“Saya belum update lagi dengan direksi. Saya baru undang (Direksi KCIC) minggu depan. Iya (masalahnya) belum sesuai dengan rencana (karena pembebasan lahan),” kata Budi saat ditemui di Gedung BPK RI, Jakarta, Senin (22/10).
Budi menjelaskan, selain menanyakan apa saja progresnya, agenda minggu depan juga untuk membedah apa masalah yang ditemui perusahaan konsorsium ini dalam menyelesaikan proyek ini. Budi Karya menduga, masalah lahan menjadi salah satu kendala yang memang tidak mudah untuk diselesaikan.
Budi Karya Sumadi di Gedung Surveyor Indonesia, Jakarta, Jumat (18/10/2018). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Budi Karya Sumadi di Gedung Surveyor Indonesia, Jakarta, Jumat (18/10/2018). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Sejak awal rencana pembangunan kereta cepat ini, masalah tanah memang menjadi isu yang sulit dicari solusinya. Sebab dari luas 215 area tanah yang digunakan, banyak tanah-tanah yang milik warga, termasuk rumah dinas TNI AU. KCIC sendiri menargetkan hingga akhir tahun masalah lahan sudah selesai 100 persen.
ADVERTISEMENT
“Agendanya (minggu depan) ya kita evaluasi. Progresnya berapa persen. Apa masalah dana, lahan, atau perizinan nanti kita lihat lahannya siapa saja (yang bermasalah). Prosesnya akan seperti apa, cara orang-orang pembebasan (lahannya) bagaimana,” ujar Budi Karya.
Sebagai catatan, China melalui China Development Bank (CDB) telah mencairkan pinjaman tahap kedua sebesar USD 274,8 juta atau setara dengan Rp 3,847 triliun pada Kamis (30/8) lalu. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sebagai salah satu anggota Konsorsium Kontraktor Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (HSRCC) akan menggunakan dana tersebut untuk mempercepat proses konstruksi.
Sebesar 60 persen di antaranya atau sebesar USD 165,2 juta dialokasikan sebagai pelunasan uang muka kepada EPC Kontraktor dalam hal ini HSRCC. Sebelumnya, pihak CDB telah memberikan pinjaman perdana sebesar USD 170 juta pada akhir April lalu.
ADVERTISEMENT