Pukul Dolar AS, Rupiah Jadi Mata Uang Paling Perkasa se-Asia

31 Januari 2019 16:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Kurs Rupiah terhadap Dolar AS menguat 1,3 persen menjadi Rp14.080.  (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Kurs Rupiah terhadap Dolar AS menguat 1,3 persen menjadi Rp14.080. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
ADVERTISEMENT
Mata uang rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, Kamis (31/1). Berdasarkan data perdagangan Reuters, hingga sore ini rupiah berada pada posisi Rp 13.971 atau menguat 1,13 persen.
ADVERTISEMENT
Penguatan ini membuat nilai tukar rupiah tercatat sebagai yang tertinggi dibandingkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang di Asia seperti yuan China (CNY), dolar Singapura (SGD), peso Filipina (PHP), ringgit Malaysia (MYR), won Korea (KRW), wolar Taiwan (TWD), bath Thailand (BTH), dan rupee India (IDR).
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, penguatan rupiah kali ini disebabkan investor asing dan perbankan yang ramai melepas valasnya ke pasar keuangan domestik. Hal ini menyebabkan suplai valas di Tanah Air meningkat.
"Rupiah menguat tajam ditopang pelepasan valas oleh investor asing dan perbankan," ujar Nanang kepada kumparan, Kamis (31/1).
Adapun pelepasan valas tersebut akibat pernyataan Bank Sentral AS, The Fed yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 2,25-2,5 persen di bulan ini. Tak hanya itu, sikap The Fed yang melunak alias dovish terkait kenaikan Fed Fund Rate (FFR) juga turut menguatkan mata uang Garuda.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
"Statement The Fed yang dovish, di mana The Fed akan bersabar dalam membuat keputusan perubahan FFR ke depan dan mengindikasikan kemungkinan memperlambat proses normalisasi neraca The Fed membuat rupiah menguat tajam," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Nanang mencatat, sejak pembukaan perdagangan pasar pagi ini hingga pukul 14.00 WIB, dana asing yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 3 triliun. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan kondusifnya ekonomi global.
"Bank Indonesia tetap akan membiarkan rupiah berlanjut menguat di bawah Rp 14.000 karena rupiah masih undervalued, sekaligus untuk memperkuat confidence terhadap Indonesia," tambahnya.