Punya Pasar Besar tapi Industri Game Lokal Minim Dilirik Investor

14 Juli 2018 20:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Game PUBG. (Foto: Steam)
zoom-in-whitePerbesar
Game PUBG. (Foto: Steam)
ADVERTISEMENT
Sebagai subsektor ekonomi kreatif, industri game memiliki potensi bisnis yang sangat besar. Tahun lalu, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mencatat nilai industri game mencapai USD 880 juta atau Rp 12,5 triliun (kurs Rp 14.300).
ADVERTISEMENT
Walaupun memiliki pangsa pasar yang besar, industri game nasional belum terlalu banyak dilirik investor baik lokal maupun asing. Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Simanjuntak tidak menampik bahwa selama ini pihaknya baru menjembatani pihak pengembang game dengan publisher.
“Kami belum mengarah ke sana. Memang investor masih belum ada. Tapi kami memfasilitasi pada game developer ini untuk bertemu dengan para publisher. Nah sebenarnya publisher ini juga merupakan investor bagi mereka namun mungkin dalam bentuk lain,” ungkap Joshua di Jakarta, Sabtu (14/7).
Menurut Joshua, ketika sebuah pengembang game telah menemukan publisher maka game tersebut dapat dirilis dalam berbagai platform. Joshua mencontohkan belum lama ini pihaknya memfasilitasi pengembang game, Lentera Nusantara, untuk maju dalam event Game Connection America 2018.
Game 'Jump Force'. (Foto: Bandai Namco)
zoom-in-whitePerbesar
Game 'Jump Force'. (Foto: Bandai Namco)
Melalui event tersebut Lentera Nusantara dengan produk gamenya bernama Ghost Parade bertemu dengan pihak Aksys Game, yang merupakan publisher kelas dunia. Menurut Joshua, Aksys Game sebagai publisher akan merilis Ghost Parade di seluruh dunia dalam berbagai platform, diantaranya Nintendo Switch, PlayStation 4, dan PC via Steam pada tahun 2019.
ADVERTISEMENT
“Nah baru fasilitas semacam itu yang selama ini kami inisiasi. Selebihnya mereka menghimpun dana secara mandiri,” ujar Joshua.
Ditemui dalam kesempatan yang sama CEO Lentera Nusantara Azizah Assatari membenarkan hal tersebut. Menurutnya selama dua tahun pihaknya mengembangkan Ghost Parade, pendanaan bersumber dari pihaknya sendiri.
“Kami masih self funding. Mungkin subsidi silang karena Lentera Nusantara juga punya bidang usaha yang lain. Tapi dua tahun ini memang fokus untuk pengembangan game ini,” ujarnya.
Sayangnya, Azizah masih enggan menyebutkan besaran dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan gim tersebut. Menurutnya saat mendapatkan publisher pun, gim Ghost Parade yang menampilkan lelembut asli Indonesia sudah dalam kondisi selesai dikembangkan. Namun Azizah menyatakan kesedian publisher untuk merilis game ini juga merupakan investasi besar untuk pihaknya.
ADVERTISEMENT
“Mereka mau menjadi publisher aja sudah masuk investasi besar. Sebab jika sebuah game gagal di bawah naungan mereka, otomatis itu akan menganggu pemasaran mereka juga,” tutupnya.