news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Rahman Tolleng Pernah Mendorong Sri Mulyani Jadi Capres Alternatif

29 Januari 2019 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rahman Tolleng. (Foto: Twitter/@gm_gm)
zoom-in-whitePerbesar
Rahman Tolleng. (Foto: Twitter/@gm_gm)
ADVERTISEMENT
Aktivis politik Rahman Tolleng meninggal dunia pada Selasa (29/1) pagi. Sebagian besar kalangan milenial, mungkin melihat Rahman Tolleng sebagai sosok yang asing. Apalagi selama ini, salah seorang konseptor Golkar (Golongan Karya) di masa awal Orde Baru tersebut, lebih banyak bermain politik di belakang layar.
ADVERTISEMENT
Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) yang didirikannya pada 2011 silam, bisa dibilang merupakan wujud karya politik Rahman Tolleng yang terakhir kali. Partai itu dia dirikan bersama sejumlah tokoh pergerakan demokrasi, seperti Todung Mulya Lubis, Rocky Gerung, Fikri Jufri, dan sederet nama aktivis lainnya.
Dalam wawancara khusus dengan DW atau Deutsche Welle beberapa waktu lalu, Rahman Tolleng menyebut SRI sebagai gerakan revolusi dari atas yang ditempuh dengan cara mencari calon presiden yang jujur, tegas, menentang oligarki, dan bukan bagian dari para oligark.
“Figur itu ada pada sosok Sri Mulyani,” katanya penuh keyakinan.
Sokongan Rahman kepada Sri Mulyani melalui Partai SRI, muncul setelah Menteri Keuangan di era Pemerintahan SBY itu didera badai terkait perkara Bank Century.
ADVERTISEMENT
Pansus yang dibentuk DPR saat itu menilai Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan yang merangkap Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), ikut bertanggung jawab atas menggelontornya dana talangan Bank Indonesia sebesar Rp 6,7 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Edy Sofyan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Edy Sofyan/kumparan)
Persoalan perbankan yang bergeser jadi kegaduhan politik, akhirnya membuat Sri Mulyani mundur dari kabinet pada 2010. Dia kemudian menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Pilihan Rahman menyorongkan Sri Mulyani, yang dianggap sosok ekonom neoliberal (neolib) sebagai calon presiden pun menuai kritik. Tapi Rahman membantah anggapan tersebut.
“Yang saya bantah adalah, apakah benar Sri Mulyani neolib? Di mana neolibnya? Sebagai contoh, di Departemen Keuangan Sri Mulyani mengalokasikan dana untuk pendidikan perempuan, apakah itu faham Neolib? itu kan faham affirmative action,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Rahman menilai, ekonom dari tradisi universitas pada umumnya memang neolib. Tapi Sri Mulyani berubah. “Apalagi sesudah di Bank Dunia, dia sangat memperhatikan kemiskinan. Jadi enggak benar itu!” tandas Rahman.
Sayangnya obsesi Partai SRI mendorong Sri Mulyani sebagai capres alternatif kandas. Partai itu sendiri tak lulus verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menjadi peserta Pemilu 2014.
Gagasan Rahman Tolleng untuk memupus oligarki dari perhelatan politik Indonesia bernama Pemilu dan Pilpres pun pupus, seiring berhembusnya napas terakhir pria 81 tahun itu. Dia meninggal di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat.
Jenazahnya akan dibawa ke rumah duka di Jl. Cipedes Tengah, Kota Bandung.