Ramalan Lembaga Keuangan AS jika Jokowi Terpilih 2 Periode

19 April 2019 10:39 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin berbincang usai pertemuan koalisi. Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin berbincang usai pertemuan koalisi. Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin unggul dalam hasil perhitungan cepat di sejumlah lembaga survei maupun real count Komisi Pemilihan Umum (KPU).
ADVERTISEMENT
Lembaga keuangan internasional, Morgan Stanley, memberikan prediksi terhadap perekonomian Indonesia atas unggulnya Joko Widodo-Ma'ruf Amin tersebut. Lembaga keuangan yang berbasis di New York, AS ini memproyeksi ekonomi Indonesia mampu tumbuh mencapai 5,3 persen di tahun ini, lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya 5,17 persen.
Proyeksi tersebut tertuang dalam laporan Morgan Stanley atas hasil Pemilu sementara di Indonesia. Di kawasan Asia, Ekonom Morgan Stanley Asia Ltd Deyi Tan menilai, Indonesia tergolong negara dengan struktur perekonomian terkuat, selain India.
"Morgan Stanley memperkirakan bahwa Indonesia dapat melawan arus global (perlambatan ekonomi) pada 2019, dengan pertumbuhan naik menjadi 5,3 persen pada 2019," ujar Tan dalam laporan yang diterima kumparan, Jumat (19/4).
Capres nomor urut 01 Joko Widodo menyapa pendukungnya usai konferensi pers di Jakarta Theatre. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Ada sejumlah faktor yang membuat ekonomi Indonesia akan tetap stabil. Pertama, tak seperti tahun lalu, tekanan tren suku bunga global akan mereda. Tahun ini, kombinasi pelonggaran kondisi keuangan global serta kondisi makro domestik memungkinkan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan.
ADVERTISEMENT
Morgan Stanley memandang, BI akan memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) pada kuartal III 2019, mengingat The Fed yang lebih dovish dan dolar AS yang lebih lemah, disertai inflasi domestik yang rendah, dan defisit transaksi berjalan menyempit.
Kedua, paparan perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia dinilai cenderung moderat. Memang, kinerja ekspor Indonesia tetap diperkirakan tak akan lebih baik dari tahun lalu seiring dengan melambatnya permintaan China. Namun, jika ketegangan dagang AS-China mereda, ada harapan permintaan akan kembali naik dan stabil mulai kuartal II ini.
Calon presiden nomor urut 01 Jokowi saat menyampaikan pidato terkait Quick Count di Djakarta Theatre. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
"Kami melihat moderasi dalam momentum perdagangan Indonesia tidak akan separah negara-negara lain yang berorientasi ekspor di kawasan," jelasnya.
Terakhir, efek pemilu terhadap belanja fiskal dianggap positif. Namun, Morgan Stanley memperkirakan kebijakan fiskal tak akan agresif sepanjang tahun ini.
ADVERTISEMENT
Morgan Stanley pun memprediksi defisit fiskal akan sedikit melebar menjadi 2,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini, dari sebelumnya hanya 1,84 persen dari PDB di 2018.
"Namun, fokus pada bantuan sosial dan infrastruktur harusnya menghasilkan efek pengganda yang lebih besar dan mendukung pertumbuhan yang membantu Indonesia melawan arus global," tambahnya.