Rektor IPB Paparkan Konsep Pertanian 4.0 di Taiwan

14 November 2018 9:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor IPB Arif Satria di konferensi Global Ecology, Agriculture and Rural Uplift Program (GEAR UP) ke-5. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Rektor IPB Arif Satria di konferensi Global Ecology, Agriculture and Rural Uplift Program (GEAR UP) ke-5. (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Pertanian 4.0 merupakan konsekuensi dari adanya Revolusi Industri 4.0 yang dicirikan dengan berkembangnya teknologi baru seperti drone, robotik, kecerdasan buatan, dan internet of things (IoT).
ADVERTISEMENT
Berkembangnya Revolusi Industri 4.0 juga telah melahirkan corak masyarakat baru yang bisa disebut sebagai masyarakat pintar (smart Society), yang berbeda dari masyarakat sebelumnya, yaitu masyarakat agraris, industri, dan informasi. Karena itu pertanian pun dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan masyarakat baru itu.
Hal itu dikemukakan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria, yang diundang sebagai pembicara utama dalam Konferensi Global Ecology, Agriculture and Rural Uplift Program (GEAR UP) ke-5 yang diselenggarakan kerja sama antara National Chung Hsin University Taiwan dengan Texas A&M University Amerika Serikat pada 12-13 November 2018 di Taichung Taiwan. Konferensi tersebut dihadiri para ilmuwan Asia dan Amerika dari berbagai disiplin ilmu.
Lebih jauh Arif menjelaskan, aplikasi teknologi baru tersebut sudah merupakan keniscayaan sehingga diperlukan beberapa langkah penting, seperti perlunya peta jalan riset pertanian 4.0 sebagai acuan riset perguruan tinggi agar menghasilkan inovasi konkret.
ADVERTISEMENT
Menurut Arif, para dosen IPB telah memulai riset pertanian 4.0 dan menghasilkan sejumlah inovasi yang menarik, seperti pengenalan hama terpadu dengan kecerdasan buatan, sistem pintar deteksi kebakaran hutan, monitoring padang lamun dengan teknologi sensor dan IoT, deteksi tingkat kemanisan buah dengan telepon pintar.
Tanaman tomat intan yang dikembangkan di bekas lahan rawa lebak di Desa Jejangkit Muara, Kalimantan Selatan. (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tanaman tomat intan yang dikembangkan di bekas lahan rawa lebak di Desa Jejangkit Muara, Kalimantan Selatan. (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
Riset-riset semacam itu akan terus didorong di IPB dan memerlukan kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di dunia. Karena itu, Arif manfaatkan acara tersebut untuk membangun jejaring kerja sama dengan perguruan tinggi asing.
Pada kesempatan tersebut, Rektor IPB didampingi Rinekso Soekmadi (Dekan Fakultas Kehutanan IPB), Bambang Purwantara (Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB) serta Anita Esfandiari (Dosen kedokteran hewan), yang juga menyampaikan makalah di konferensi tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Arif juga menekankan pentingnya pemberdayaan petani dalam rangka menyiapkan petani agar mampu beradaptasi dengan era baru ini.
"IPB juga telah mengembangkan program pemberdayaan untuk meningkatkan digital literacy para petani di 8 provinsi dan 17 kabupaten di Indonesia", Ujar Arif, mencontohkan langkah-langkah IPB menyambut pertanian 4.0. Seperti diketahui bahwa IPB kini juga sedang mempersiapkan Tani Center sebagai pintu Masuk petani ke IPB.
IPB ingin membuka seluas-luasnya akses petani terhadap inovasi yang ada. Menurut Arif, Tani Center juga akan dijadikan pusat pembelajaran sesama petani. Kisah- kisah sukses petani akan dikelola agar menjadi inspirasi buat petani lainnya maupun mahasiswa. Ini adalah bentuk komitmen IPB untuk membantu petani.
Di akhir paparan tersebut, ditambahkan juga perlunya kebijakan afirmatif pemerintah untuk akselerasi proses ini agar pertanian Indonesia benar-benar siap menghadapi era digital ini.
ADVERTISEMENT