Revitalisasi 66 Mesin Penggilingan, Bulog Butuh Rp 264 Miliar

3 Mei 2019 16:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mesin Penggilingan Bulog setelah Direvitalisasi di Gudang Bulog Cirebon, Jawa Barat, Jumat (3/5). Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mesin Penggilingan Bulog setelah Direvitalisasi di Gudang Bulog Cirebon, Jawa Barat, Jumat (3/5). Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
Perum Bulog akan merevitalisasi 66 unit mesin penggilingan gabah pada tahun ini. Untuk tahap pertama rencananya akan merevitalisasi 33 unit mesin penggilingan gabah.
ADVERTISEMENT
Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Bulog Imam Subowo menjelaskan, revitalisasi mesin penggilingan gabah ini sebagai salah satu upaya Bulog untuk meningkatkan efisiensi produksi beras. Selain itu, dengan revitalisasi mesin ini nantinya akan mempercepat proses produksi.
Mesin Penggilingan Bulog setelah Direvitalisasi di Gudang Bulog Cirebon, Jawa Barat, Jumat (3/5). Foto: Abdul Latif/kumparan
“Ada 33 (mesin) tahap pertama. Tahap kedua ada 66 mesin. Nantinya hasil kualitas beras juga akan semakin baik, semi premium,” katanya saat ditemui di Cirebon, Jawa Barat, Jumat (3/5).
Adapun anggaran yang dibutuhkan untuk merevitalisasi 1 unit mesin sekitar Rp 3,6 - Rp 4 miliar. Artinya untuk total 66 unit mesin Bulog membutuhkan anggaran sekitar Rp 237,6 -Rp 264 miliar.
Mesin Penggilingan Bulog setelah Direvitalisasi di Gudang Bulog Cirebon, Jawa Barat, Jumat (3/5). Foto: Abdul Latif/kumparan
“Itu nanti dananya dari kredit perbankan,” tambahnya.
Adapun secara rinci, mesin-mesin tersebut seperti mesin pengering (dryer), mesin pemisah gabah (sortir) dan mesin pengarungan. Kapasitas mesin tersebut 3 ton per jam.
Mesin Penggilingan Bulog setelah Direvitalisasi di Gudang Bulog Cirebon, Jawa Barat, Jumat (3/5). Foto: Abdul Latif/kumparan
“Kita bisa serap gabah lebih kapasitas 3 ton per jam, artinya hidupnya mesin ini 10 jam per hari,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dengan keberadaan mesin-mesin yang telah direvitalisasi, Imam berharap, ke depan Bulog mampu menyerap gabah lebih banyak dibanding beras. Namun bukan berarti Bulog tidak menyerap beras dari petani, hanya saja gabah lebih diprioritaskan.