Rini dan Bos BUMN Tambang ke China, Pelajari Teknologi Mobil Listrik

17 Mei 2019 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mrienteri BUMN Rini Soemarno memberikan plakat penghargaan saat berkunjung ke Cina Foto: Dok. Inalum
zoom-in-whitePerbesar
Mrienteri BUMN Rini Soemarno memberikan plakat penghargaan saat berkunjung ke Cina Foto: Dok. Inalum
ADVERTISEMENT
Demi mempercepat terealisasinya hilirisasi tambang di Indonesia, Menteri BUMN Rini M Soemarno melakukan kunjungan singkat 3 hari ke China untuk bertemu dengan sejumlah CEO industri logam China.
ADVERTISEMENT
Turut mendampingi Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin, Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan, Kementerian BUMN, Gatot Trihargo dan Staf Khusus Menteri BUMN Wianda Pusponegoro.
"Percepatan hilirisasi industri tambang harus segera dilakukan. Ini untuk kepentingan rakyat dan bangsa, semakin tinggi nilai tambah produk tambang kita, semakin besar manfaat yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat. Saya optimistis holding industri pertambangan akan mampu mewujudkan mandatnya dengan bantuan pihak-pihak terkait," jelas Rini dalam keterangan resmi, Jumat (17/5).
Pada kesempatan yang sama, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pertemuan dengan sejumlah CEO Industri logam di China untuk mendengarkan penjelasan tentang industri logam dan teknologinya.
ADVERTISEMENT
"Serta menjajaki berbagai peluang kerja sama yang sesuai dengan rencana strategis kami dan dapat membantu kami mempercepat terealisasinya hilirisasi tambang untuk kesejahteraan masyarakat," kata dia.
Menteri BUMN Rini Soemarno memberikan plakat penghargaan saat berkunjung ke Cina Foto: Dok. Inalum
Di Beijing, rombongan bertemu dengan sejumlah CEO, antara lain CEO The Metallurgical Corporation Of China (MCC) untuk mempelajari peluang kerja sama dalam industri EPC dan/atau tambang kobalt/nikel; dan CEO Beijing Easpring Material Technology, mempelajari industri Electric Vehicle terutama dalam pembuatan Katoda. 
Calon mitra strategis Inalum lainnya adalah Zhejiang Huayou Cobalt Company Ltd., produsen terbesar di dunia untuk material baterai yang digunakan untuk kendaraan listrik. Penjajakan kerja sama dengan Huayou dilakukan karena Huayou merupakan perusahaan yang telah berpengalaman di industri tambang khususnya mineral kobalt, nikel dan lithium terintegrasi. Huayou juga sukses menjalankan hilirisasi tambang di China.
ADVERTISEMENT
"Demi menjalankan mandat Holding Industri Pertambangan untuk menjalankan hilirisasi, Inalum terus secara agresif mencari mitra strategis yang bisa memberikan akses di bidang teknologi dan memiliki pengalaman yang mumpuni. Huayou merupakan salah satu mitra strategis yang ingin kami ajak kerja sama karena telah berpengalaman di industri hilirisasi tambang dan juga pernah bekerja sama dengan berbagai perusahaan kelas dunia," ujar Budi.
Lebih lanjut Budi menjelaskan, Holding Industri Pertambangan melalui Inalum dan Antam juga berencana untuk membangun pabrik berteknologi High Pressure Acid Leaching  (HPAL) dan Rotary Kiln-Electric Furnace ( RKEF) lewat kerja sama dengan Huayou. Kedua pabrik ini bisa mendorong hilirisasi nikel menjadi bahan baku baterai litium.
Sejak pertengahan tahun lalu, Huayou berencana untuk membangun smelter nikel di Indonesia untuk memenuhi permintaan akan komoditas tersebut di industri baterai. Perusahaan tersebut akan menginvestasikan US$1.83 miliar di Indonesia dan saat ini sedang mencari rekan lokal.
Pekerja di pabrik aluminium. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Sementara di Inner Mongolia, rombongan menemui perusahaan coal gasification, Dalu Chemicals untuk mempelajari proses dan teknologi dalam coal gasification serta peluang kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk.
ADVERTISEMENT
Kemudian di Shanghai, rombongan melakukan kunjungan lapangan dan pertemuan dengan Huayou, perusahaan manufaktur cobalt chemical, termasuk manufaktur bahan energi baru lithium ion, pemrosesan bahan baru kobalt dan penambangan, benefisiasi dan peleburan kobalt dan tembaga; serta bertemu dengan Contemporary Amperex Technology (CATL) Battery untuk mempelajari industri Electric Vehicle.
Dalam kunjungan ini juga turut serta Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Direktur Utama Antam Tbk Arie Arioetedjo dan Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin.
Belum lama ini Holding Industri Pertambangan melalui anggota Holding PT Bukit Asam Tbk telah menandatangani Head of Agreement Hilirisasi Batubara dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical untuk pembangunan proyek gasifikasi. 
ADVERTISEMENT
Melalui penandatanganan ini, batu bara dari PT Bukit Asam Tbk nantinya akan diubah melalui teknologi gasifikasi menjadi produk akhir yang memiliki nilai jual lebih tinggi. 
Teknologi gasifikasi ini memungkinkan mengkonversi batu bara muda menjadi syngas yang merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan Polypropylene sebagai bahan baku plastik. 
Proyek hilirisasi lainnya yang juga dicanangkan oleh Holding Industri Pertambangan adalah melalui PT Borneo Alumunia Indonesia (PT BAI), anak usaha patungan PT Inalum (Persero) dan PT Antam Tbk, mencanangkan pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Pontianak, Kalimantan Barat. 
Proyek SGAR menjadi penghubung mata rantai industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi, dari bauksit menjadi alumina, bahan baku aluminium dengan kapasitas awal 1 juta ton Alumina.
ADVERTISEMENT