Rini Ingin Arus Laut di NTT Disulap Jadi Listrik

7 Maret 2018 21:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri BUMN Rini Soemarno di NTT (Foto: Nadia Jovita/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri BUMN Rini Soemarno di NTT (Foto: Nadia Jovita/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan perlu adanya perhatian lebih di Nusa Tenggara Timur (NTT) soal fasilitas listrik. Berdasarkan hasil kunjungannya di Pulau Larantuka dan Pulau Adonara, Rini melihat ada satu potensi yang dapat dimanfaatkan oleh BUMN untuk menyediakan fasilitas listrik, yaitu dengan memanfaatkan arus laut.
ADVERTISEMENT
"Biar pun kita sudah menyambungkan hampir seluruh rumah di Pulau Adonara untuk listrik, tapi untuk seluruh Flores Timur masih kurang 3% konektivitas untuk listriknya. Jadi diharapkan 2018 ini (rasio elektrifikasi) bisa jadi 100%. Selain itu kami juga bicarakan dengan Pak Gubernur dan Pak Bupati bahwa di sini ada arus yang sangat kencang di selat antara Adonara dan Larantuka dan itu bisa menjadi listrik," kata Rini di atas Kapal Feri Lakaan, Rabu (7/3).
Rini mengungkapkan saat ini BUMN sedang melakukan studi dengan Belanda mengenai apakah bisa arus laut dimanfaatkan untuk tenaga listrik. Jika memang dimungkinkan, maka tenaga listrik dengan bantuan arus laut ini bisa menjadi yang terbesar di dunia.
"Kalau memang itu bisa memungkinkan, kita tentunya berharap bisa membangun itu. Karena kalau kita bisa bangun, ini akan menjadi listrik berdasarkan arus laut yang mungkin terbesar di dunia. Kan kita targetnya sampai 23-30 Megawatt," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ditemui terpisah, Direktur Bisnis PLN Regional Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Djoko R Abumanan mengungkapkan jika studi yang kini sedang dilakukan mendapatkan hasil yang positif, maka di sana akan dibangun pembangkit tenaga listrik dengan arus laut. Pembangunan, apabila dapat direalisasikan, ditargetkan akan selesai dalam kurun waktu 2 tahun.
"Mudah-mudahan mereka bisa bangun dalam waktu dua tahun. Karena di situ akan dibangun jembatan. Yang paling lama adalah jembatannya, kalau pembangkitnya itu nempel di jembatan," ujar Djoko.
Sementara untuk nilai investasinya, pihaknya masih melakukan negosiasi. Namun jika berkaca dari pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun di Sulawesi Selatan, diperkirakan nilai investasinya akan mencapai harga USD 3 juta.
"Kalau angin itu USD 3 juta. Ini kan sesuatu sangat tantangan untuk daerah NTT yang kaya dengan domestiknya. Domestic obligation-nya sangat luar biasa, demografinya sangat luar biasa. Panas buminya banyak di sini, hidro banyak di sini, arus laut banyak di sini. Inilah yang saya bilang bonus demografi harus dimanfaatkan untuk kelistrikan di NTT," pungkasnya.
ADVERTISEMENT