news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Riset: Mana Lebih Banyak, Pengguna OVO atau GoPay?

14 Juni 2019 7:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Scan QR Code Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Scan QR Code Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hasil riset Morgan Stanley mencatat bahwa penggunaan (use case) OVO lebih banyak dibanding GoPay. Direktur OVO, Setiawan Adhiputro, mengatakan bahwa pihaknya memang tengah berusaha meningkatkan use case dari layanan dompet digital di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, OVO diandalkan sebagai layanan pembayaran digital menggantikan GrabPay yang tak kunjung mendapatkan lampu hijau dari Bank Indonesia. Transaksi menggunakan OVO juga banyak dilakukan di situs e-commerce Tokopedia yang baru saja bermitra dengan mereka dan juga belanja di merchant UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).
Direktur OVO, Setiawan Adhiputro. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Selain Grab dan Tokopedia, hingga akhir 2018 OVO juga telah melakukan kerja sama dengan platform online-to-offline Kudo dan berbagai kemitraan strategis lainnya. Hal ini membuat OVO menjadi platform pembayaran digital yang bisa digunakan di jaringan ritel, warung, e-commerce, hingga jasa online dan on-demand, dengan lebih dari 500 ribu gerai offline.
Selain itu, di tahun ini, OVO juga mulai merambah metode pembayaran parkir nontunai. Setiawan mengatakan, layanan pembayaran parkir menjadi pelengkap layanan yang menyentuh kebutuhan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sejumlah mal terpantau menggunakan pembayaran parkir dengan OVO, seperti Lippo Mal Kemang, Pejaten Village, hingga Plaza Semanggi.
"Salah satu use case yang sangat baik itu adalah pembayaran parkir. Artinya kita menyentuh kebutuhan masyarakat. Tapi pembayaran parkir ini hanya pelengkap use case saja," katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (13/6).
Jingga akhir tahun 2018, platform pembayaran digital OVO mengungkapkan pihaknya berhasil melayani hingga lebih dari 1 miliar transaksi.