Rizal Ramli Sebut Banyak Zombie Company di BEI, Apa Itu?

12 Agustus 2019 20:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sekaligus ekonom senior Rizal Ramli. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sekaligus ekonom senior Rizal Ramli. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eks Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menyebut ada banyak 'zombie company' yang saat ini 'bergentayangan' di Bursa Efek Indonesia (BEI).
ADVERTISEMENT
Merujuk pada hasil riset yang dilakukan oleh Nikkei Asian Review, Rizal Ramli mengatakan, ada setidaknya 24 persen dari total 649 emiten yang termasuk dalam 'zombie company'. Jumlah itu, mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2017 yaitu 11 persen.
Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud 'zombie company" oleh Rizal Ramli itu?
Ia menjelaskan, 'zombie company' merupakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa, namun keberlangsungan hidupnya bergantung pada utang. Bahkan, keuntungan perusahaan pun tak mampu menutupi utang tersebut. Parahnya, pembayaran bunga utangnya juga tak bisa ditutup dari profit.
"Jadi perusahaan yang buat bayar bunganya aja harusnya dari keuntungan bisa nutup, ternyata kagak. Nah, perusahaan ini hanya survive dengan refinancing terus-menerus, ya kan restruktur lagi utangnya, cari utang baru buat nutupin utang lama," ujar Rizal Ramli di kawasan Tebet Barat Dalam, Jakarta, Senin (12/8).
Ilustrasi pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Ekonom yang juga pernah menjabat eks Menteri Keuangan itu menyebut, keberadaan para 'zombie company' bisa jadi masalah tersendiri bagi perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Rizal Ramli menuturkan, perusahaan-perusahaan yang melakukan pembiayaan atau refinancing dari utang untuk biaya operasional perusahaan itu tak sehat. Utamanya jika berlangsung dalam jangka waktu lama yang bisa malah menyebabkan perusahaan gagal dalam pembiayaan.
Tak elak, kata dia, 'zombie company' yang tak tertangani pun bisa memicu krisis. Apalagi, saat perekonomian Indonesia tumbuh dengan lambat seperti hanya 4,5 persen.
"PE (pertumbuhan ekonomi) sebesar 6-8 persen ini enggak kejadian, bisul bisul (zombie company) ini enggak akan meledak. Tapi karena makro ekonominya juga anjlok ke 4,5 persen (prediksi) macam-macam, akhirnya bisulnya mulai kelihatan semua dan kalau meledak terjadi lah krisis yang sesungguhnya," ujarnya.