Rupiah Melemah, Impor Bakal Melambat

18 September 2018 17:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menghitung uang Rupiah. (Foto: AFP/Adek Berry)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menghitung uang Rupiah. (Foto: AFP/Adek Berry)
ADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melihat, laju impor pada tahun ini akan tumbuh 11,5 persen secara tahunan (yoy). Meski masih double digit, namun pertumbuhannya melambat jika dibandingkan tahun lalu yang sebesar 15,6 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Suahasil Nazara menjelaskan, impor yang tumbuh melambat tersebut disebabkan oleh berbagai macam faktor, utamanya dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Mulai dari faktor global seperti proteksionisme AS hingga faktor domestik seperti pelemahan rupiah hingga kebijakan pengurangan impor yang telah dilakukan pemerintah.
“Ada faktor global, ada faktor domestik sendiri, exchange rate rupiah itu juga berpengaruh pada impor dan ekspor,” ujar Suahasil di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (18/9).
Selain melemahnya rupiah, Suahasil mengatakan, perlambatan impor di tahun ini juga didorong dengan kebijakan-kebijakan mengontrol impor yang sudah dirilis belakangan ini.
Petikemas dan kapal Pelindo III. (Foto: dok. Humas Pelindo III)
zoom-in-whitePerbesar
Petikemas dan kapal Pelindo III. (Foto: dok. Humas Pelindo III)
Misalnya, mandatori Biodiesel 20 persen (B20), kenaikan Pajak Penghasilan (PPh) impor untuk 1.147 barang konsumsi yang diharapkan bisa menurunkan 1-2 persen impor konsumsi secara total, dan penurunan batasan bebas bea masuk dan pajak impor barang kiriman.
ADVERTISEMENT
“Pelemahan rupiah bukanlah measure yang berdiri sendiri untuk mengurangi tekanan neraca dagang dan neraca berjalan kita. Itu measure yang dikombinasikan dengan measure lain termasuk proyek infrastruktur yang di-review untuk ditunda,” tambahnya.
Rupiah yang melemah tersebut, kata dia, bisa berdampak ke tingginya harga barang-barang impor. Sehingga pertumbuhan impor barang konsumsi hingga barang modal bisa menjadi lebih tinggi.
“Rupiahnya lebih melemah. Karena rupiah melemah jadi pertumbuhan impornya melemah. Pertumbuhan impornya tetap positif tapi lebih rendah,” jelas dia.