Rupiah Menguat, Shutdown AS Berakhir Bukan Faktor Utamanya

28 Januari 2019 11:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pagi ini kembali menguat. Bahkan dolar AS lengser dari ke level Rp 14.000.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data perdagangan Reuters, hingga pukul 10.15 WIB, kurs rupiah berada di level Rp 14.030 per dolar AS, menguat dari pembukaan pagi tadi di level Rp 14.080 per dolar AS.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, kembali dibukanya pemerintahan AS membawa sentimen positif bagi global. Namun menurutnya, hal ini bukan sebagai penyebab utama rupiah menguat saat ini.
"Salah satunya memang (shutdown AS berakhir)," kata Nanang kepada kumparan, Senin (28/1).
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menjelaskan, perkembangan global masih menyebabkan sejumlah investor untuk mencermati (wait and see), sehingga masih memilih untuk menaruh dananya di negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, aliran dana asing yang masuk inilah yang membuat mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah berangsur membaik terhadap dolar AS.
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
"Memang dibukanya kembali pemerintahan AS menambah sentimen positif di global, tapi sentimen positif global tersebut saya kira tidak serta-merta mengakibatkan penguatan rupiah. Rupiah memang sangat bergantung aliran modal asing," kata Piter.
Adapun berdasarkan data Bank Indonesia (BI) sejak awal tahun hingga 24 Januari 2019, dana asing yang masuk ke domestik mencapai Rp 19,2 triliun, sebanyak Rp 8,02 triliun ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp 12,07 triliun ke pasar saham.
Piter pun menuturkkan, rupiah kali ini masih di titik keseimbangannya (ekulibrium) di level Rp 14.000-14.300 per dolar AS. Menurut dia, hingga saat ini belum ada sentimen baru yang menyebabkan rupiah menguat dari titik keseimbangannya tersebut.
"Saya belum melihat isu baru yang bisa menggerakkan rupiah keluar dari kisaran itu. Saya juga tidak yakin berakhirnya shutdown government di AS bisa mendorong penguatan rupiah hingga di bawah Rp 14.000 per dolar AS," tambahnya.
ADVERTISEMENT