Rupiah Sulit Menguat Signifikan, Kenapa Ya?

23 Maret 2019 12:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini dinilai sulit untuk menguat secara signifikan. Adapun level rupiah saat ini masih stabil di level Rp 14.157 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), kurs rupiah sejak awal tahun hingga saat ini, penguatan rupiah sempat mencapai level Rp 13.947 per dolar AS pada 6 Februari 2019.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, meskipun aliran dana asing yang masuk ke domestik terus meningkat, namun peningkatannya tersebut masih jauh dibandingkan negara lain. Ini lah yang membuat rupiah akan sulit menguat signifikan di tahun ini.
"Makanya rupiah sulit signifikan. Kalau dilihat FDI (foreign direct investment) percentage kita naiknya 2,0 ke 2,1 terhadap PDB (produk domestik bruto), masih jauh dari negara lain," ujar Ryan dalam pelatihan wartawan BI di JW Marriott Yogyakarta, Sabtu (23/3).
ADVERTISEMENT
Mengutip data CEIC dan World Development Indicators (WDI), dana asing masuk ke Indonesia selama 2018 sebesar 2,1 persen terhadap PDB. Angka ini meningkat tipis dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,0 persen terhadap PDB.
Sementara Thailand, dana asing masuk ke negaranya mencapai 2,5 persen terhadap PDB di tahun lalu, meningkat dari 2017 yang hanya 1,8 persen terhadap PDB.
Begitu juga dengan Vietnam yang aliran asing masuk ke negaranya mencapai 6,5 persen terhadap PDB d 2018, meningkat dari tahun sebelumnya 6,4 persen terhadap PDB.
Negara yang dana asingnya turun hanya Malaysia, yakni dari 3,0 persen di 2017 menjadi 2,1 persen di 2018.
"Tetangga itu membesar juga. Kita harusnya bisa lebih besar, kita sudah investment grade, harusnya lebih besar dari ini," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Ryan menuturkan masih ada sejumlah permasalahan di ekonomi Indonesia, salah satunya ekspor dan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Adapun CAD Indonesia sepanjang tahun lalu mencapai USD 31,1 miliar arau 2,98 persen terhadap PDB.
"Kalau yang lainnya sudah bagus, nah CAD-nya saja yang jelek. Ini yang harus diperbaiki bersama," tambahnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya mencatat, dana asing masuk ke Indonesia sejak awal tahun ini hingga 6 Maret 2019 mencapai Rp 59,9 triliun. Aliran tersebut masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 50,2 triliun dan saham sebesar Rp 10,5 triliun.
Adapun aliran asing yang masuk di tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perry bilang, sejak awal tahun lalu hingga 6 Maret 2018 justru terjadi arus asing keluar (outflow) sebesar Rp 9,9 triliun.
ADVERTISEMENT