Rupiah Tertekan, Sri Mulyani Waspadai Bunga Utang Bengkak

10 September 2018 17:23 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Bank menyiapkan uang kertas rupiah untuk ATM dan kantor cabang di Jakarta. (Foto: AFP PHOTO / Bay Ismoyo)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Bank menyiapkan uang kertas rupiah untuk ATM dan kantor cabang di Jakarta. (Foto: AFP PHOTO / Bay Ismoyo)
ADVERTISEMENT
Pelemahan nilai tukar rupiah juga akan berdampak pada belanja negara, khususnya pada belanja pembayaran bunga utang pemerintah. Adapun pembayaran utang hingga akhir tahun ini dianggarkan sebesar Rp 238,6 triliun.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pihaknya tetap mewaspadai kenaikan bunga utang yang disebabkan oleh tingginya volatilitas di pasar keuangan. Bahkan menurutnya, belanja bunga utang adalah belanja yang paling sensitif terhadap tekanan nilai tukar rupiah dibandingkan dengan belanja pemerintah.
"Yield SPN (Surat Perbendaharaan Negara) meningkat, ongkos bayar utang jadi tinggi. Suku bunga relatif mahal, kita sekarang harus hati-hati," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (10/9).
Menteri Keuangan, Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (04/09/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (04/09/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Adapun saat ini imbal hasil atau yield SPN 3 bulan sebesar rata-rata 5,29 persen pada 10 September 2018. Dengan kondisi global yang masih penuh ketidakpastian, kata Sri Mulyani, yield SPN 3 bulan di lelang berikutnya diperkirakan meningkat, di kisaran 5,4-5,7 persen.
ADVERTISEMENT
Adapun yield yang tinggi pun bukan kabar baik bagi pemerintah, artinya beban pembayaran bunga utang lebih tinggi dari yang ditargetkan.
"Dengan konsisi yang ada, tingkat suku bunga SPN 3 bulan dalam lelang berikutnya 5,4-5,7 persen," tambahnya.