Rusuh di Papua Tak Berdampak ke Proyek Tangguh Train 3

5 September 2019 19:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pertambangan migas Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertambangan migas Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
ADVERTISEMENT
BP Berau Ltd menyatakan, proyek Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Papua Barat, tak terganggu oleh situasi keamanan di Papua belakangan ini. Pengiriman material untuk proyek Tangguh Train 3 pun masih lancar.
ADVERTISEMENT
"Kan crew change dan supply material jalan seperti biasa. Jadi apa yang terjadi di Papua kemarin tidak mengganggu aktivitas kita, mudah-mudahan. So far berjalan seperti biasa. Kalau terjadi eskalasi, mudah-mudahan tidak, pemerintah mengambil tindakan," kata Head of Country BP Indonesia Moektianto Soeryowibowo saat ditemui dalam IPA Convex 2019 di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (5/9).
Saat ini Tangguh Train 3 sedang dalam tahap konstruksi, progresnya masih 60 persen. Proyek ini diperkirakan baru akan selesai pada kuartal III 2021. Aawalnya alah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang mengolah gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) ini ditargetkan beroperasi pada kuartal III 2020.
"Konstruksi persentase sudah lebih 60 persen. Kan ada yang onshore, ada juga offshore. Yang offshore sudah hampir 100 persen, tinggal onshore-nya saja. (Jadwal produksi) 2021, itu mundur dengan jadwal terbaru karena ada beberapa penyebab, seperti yang sudah dijelaskan SKK Migas. Dan sekarang kami fokus untuk men-deliver dengan jadwal yang baru," kata Soeryowibowo.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya diberitakan, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, ada sejumlah faktor yang membuat proyek ini terlambat hingga setahun lamanya.
"Jadi LNG yang tadinya onstream kuartal III tahun depan dengan schedule yang baru, ada keterlambatan, kemungkinan besar onstream kuartal III 2021," kata dia.
Salah satu yang membuat proyek ini tertunda operasional karena ada keterlambatan pengiriman material. Alasannya karena material proyek yang berlokasi di Papua berasal dari Sulawesi dan Jawa.
Material untuk proyek tersebut terlambat karena ada bencana alam seperti gempa dan tsunami di Palu serta erupsi anak Gunung Krakatau. Padahal, material proyek yang berlokasi di Papua berasal dari Sulawesi dan Jawa.
ADVERTISEMENT
"Kemudian ada lagi di mana Papua agregat batu pondasi sipil tidak hanya Papua, Sulawesi lalu sebagian Jawa. Saat gempa Palu itu supply agregat batu-batuan terhambat juga cukup lama. Kemudian kejadian anak Krakatau menyebabkan keterlambatan material," katanya.
Alasan lain, pengerjaan proyek ini kekurangan tenaga kerja sebab banyak pembangunan infrastruktur di Jawa. Jadi, para pekerja untuk proyek yang sebelumnya didatangkan dari luar Papua, saat balik ke kampung halaman, memutuskan tak balik lagi ke sana.
"Ketika bekerja di Papua di waktu bersamaan proyek infrastruktur di Indonesia cukup banyak saat kembali ke Jawa mereka cenderung bekerja proyek infrastruktur sehingga kontraktor merekrut kembali orang-orangnya," ucap Fatar.
Train 3 Tangguh merupakan pengembangan dari Train 1 dan Train 2 yang lebih dulu beroperasi. Jika Train 3 Tangguh berproduksi maka LNG Tangguh produksinya akan meningkat 3,8 juta ton per tahun dari 7,6 juta ton per tahun (Train 1 dan 2), sehingga jumlah produksinya menjadi 11,4 juta ton per tahun.
ADVERTISEMENT