news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Saat India Apresiasi Kebijakan B20 Milik Indonesia

3 November 2018 14:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi biodiesel 20 persen (B20). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biodiesel 20 persen (B20). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan Biodiesel 20 alias B20. Kebijakan baru ini disinyalir memberikan angin segar bagi industri sawit dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Tak hanya dari dalam negeri, kebijakan B20 juga diapresiasi oleh pelaku industri dari India. Dorab E Mistry dari Godrej International Limited memuji perkembangan kebijakan biodiesel Indonesia. Menurutnya, implementasi B20 juga merupakan keberhasilan lobi para pemangku kepentingan sawit di Indonesia.
“Kebijakan ini telah mengakibatkan industri sawit Indonesia menjadi dinamis,” ungkap Dorab saat 14th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2018 di Bali International Convention Center, Sabtu (3/11).
Faktor pendukung lain adalah penandatanganan kerja sama Indonesia dan India untuk mempromosikan standar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) ke pasar India. Sertifikat tersebut membuktikan kontribusi Indonesia dalam pengembangan kualitas lingkungan hidup, ekonomi dan sosial, peningkatkan tingkat penerimaan dan daya saing baik di pasar domestik maupun internasional. Seperti diketahui, tujuan ekspor sawit terbesar saat ini adalah India.
Ilustrasi biodiesel 20 persen (B20). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biodiesel 20 persen (B20). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
Secara umum, Dorab menilai prospek industri sawit di Indonesia sangat cerah. Kondisi ini menurutnya sangat berbeda dengan persoalan yang dihadapi Malaysia.
ADVERTISEMENT
“Malaysia tertinggal jauh karena kesulitan menghadapi masalah ketenagakerjaan dan keterlambatan peremajaan kebun. Ini berdampak pada panen dan harga yang rendah,” ujarnya.
Meski demikian, Dorab juga mengingatkan bahwa produksi minyak sawit pada 2019 diperkirakan terdampak oleh El Nino dalam intensitas sedang. Jika El Nino terjadi maka, produksi menurun tetapi harga justru naik. Ini terjadi karena adanya biological low cycle sehingga akan mempengaruhi produksi sawit di Indonesia dan Malaysia.
“Teman sejati sawit itu adalah El Nino. Itu sudah menjadi siklus tahunan,” tandasnya.