Saham Sektor Energi Bebani Wall Street

26 November 2018 7:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street melemah usai liburan singkat merayakan Thanksgiving pekan lalu. Hal ini didorong pelemahan sektor energi yang dipicu anjloknya harga minyak mentah dunia.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Senin (26/11), indeks saham Dow Jones (DJIA) melemah 178,74 poin atau 0,73 persen ke posisi 24.285,95. Indeks saham S&P 500 (SPX) tergelincir 17,37 poin atau 0,66 persen ke posisi 2.632,56. Indeks saham Nasdaq (IXIC) merosot 33,27 poin atau 0,48 persen ke posisi 6.938,98.
Selama sepekan, tiga indeks saham utama acuan AS melemah lebih dari 3 persen. Indeks saham Dow Jones dan Nasdaq membukukan pelemahan terbesar sejak Maret 2018.
Indeks saham S&P 500 melemah 10,2 persen sejak catatkan rekor tertinggi pada 20 September 2018, dan masuk teritori negatif. Pelemahan indeks saham itu berlangsung tujuh bulan hingga kembali capai rekor tertinggi baru pada Agustus 2018.
Saham sektor energi turun 3,3 persen yang dipengaruhi tekanan harga minyak. Hal ini terjadi di tengah kekhawatiran melimpahnya pasokan, bahkan ketika produsen utama mempertimbangkan untuk memangkas produksi. Harga minyak telah merosot sekitar 30 persen sejak awal Oktober 2018.
ADVERTISEMENT
Saham Chevron dan Exxon Mobil pun masing-masing turun 3,4 persen dan 2,7 persen. Selain energi, penurunan saham Apple dan Amazon juga membebani indeks saham S&P 500.
Ilustrasi kilang minyak (Foto: Reuters/Todd Korol)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kilang minyak (Foto: Reuters/Todd Korol)
“Saya melihat ini sebagai kelanjutan dari pasar yang mencoba untuk mencapai pertumbuhan yang melambat tahun depan,” ujar Alicia Levine, Chief Market Strategist BNY Mellon Investment Management.
Direktur Pelaksana Amundi Pioneer Asset Management Johm Carey mengatakan, pelemahan yang terjadi mengonfirmasi tekanan sebelumnya karena kekhawatiran terus berlanjut terhadap ekonomi dan efek suku bunga yang lebih tinggi.
“Ketika semua orang kembali dari liburnya, maka akan mendapatkan indikasi yang lebih jelas tentang apa yang akan terlihat selama sisa tahun ini,” kata Carey.
Di sisi lain, perayaan Black Friday atau penawaran diskon besar-besaran belum bisa mengangkat saham ritel. Indeks saham ritel S&P 500 susut 0,6 persen. Saham United Technology naik 2,6 persen usai perseroan memenangkan persetujuan membeli pembuat komponen pesawat Rockwell Collins Inc. Saham Rockwell naik 9,2 persen.
ADVERTISEMENT
Investor juga akan fokus pada KTT G20 di Buenos Aires pekan ini. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping juga akan mengadakan pembicaraan di tengah ketegangan perdagangan yang membebani pasar keuangan.
Volume perdagangan saham di Wall Street tercatat 3,4 miliar saham, di bawah rata-rata perdagangan selama 20 hari terakhir sebanyak 8,2 miliar saham.