news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sanksi AS Picu Konflik Saudi-Iran di OPEC, Minyak Bisa Bergejolak

27 Agustus 2018 10:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kilang minyak (Foto: Reuters/Todd Korol)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kilang minyak (Foto: Reuters/Todd Korol)
ADVERTISEMENT
Sanksi Amerika Serikat (AS) ke Iran untuk sektor energi, termasuk perdagangan minyak dan gas, yang akan mulai berlaku pada 5 November 2018 mendatang, diproyeksi dapat memicu perpecahan di tubuh OPEC. Dua kekuatan utama di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yakni Iran dan Arab Saudi, punya perkubuan yang berbeda dengan AS.
ADVERTISEMENT
Arab Saudi mendukung sikap Presiden AS Donald Trump yang menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran. Dukungan Arab Saudi terhadap sanksi AS ke Iran, tak semata-mata menunjukkan sikap politiknya. Tapi juga memiliki motif ekonomi, yakni semakin sedikit minyak mentah Iran yang dijual, semakin banyak konsumen akan membeli dari Arab Saudi.
Pada sisi lain, Iran terus melakukan perlawanan atas sanksi tersebut, di antaranya dengan tetap mengekspor minyak khususnya ke China.
Untuk meredam perlawanan Iran, Arab Saudi tak tinggal diam. Laporan S&P Global Platts mengungkapkan, negara itu memberikan potongan harga minyak kepada para pembelinya, kecuali AS.
Tapi Iran juga menyatakan siap melakukan langkah serupa, bahkan lebih jauh dari itu, jika ada pihak-pihak yang mengancam pangsa pasar minyaknya. Pejabat senior Iran bahkan pernah melontarkan, akan menutup wilayah perairannya untuk lalu lintas kapal tanker pengangkut minyak dan gas milik negara lain.
ADVERTISEMENT
Jalur paling vital bagi lalu lintas kapal tanker, di perairan Teluk yang dikuasai Iran adalah Selat Hormuz. US Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, jalur itu dilintasi kapal-kapal pengangkut 17 juta barel minyak setiap harinya.
Minyak itu berasal dari negara-negara Teluk pengekspor minyak seperti Irak, Kuwait, termasuk Arab Saudi sendiri, untuk dikirim ke negara importir seperti India, China, serta negara Asia lainnya. Jumlah minyak yang melintasi Selat Hormuz, masih menurut EIA, meliputi 40 persen dari konsumsi dunia.
Gedung OPEC. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung OPEC. (Foto: Wikimedia Commons)
Perseteruan Arab Saudi dengan Iran yang dipicu sanksi ekonomi AS ini, terjadi tak lama setelah OPEC dan mitra non-OPEC yakni Rusia, menyepakati penaikan produksi minyak mereka. Namun di tengah peningkatan produksi, permintaan minyak dunia justru melambat akibat pelemahan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini juga diperparah oleh anjloknya nilai tukar rupee India, serta pelemahan mata uang yuan China. Kedua negara itu merupakan importir minyak terbesar. Jika India menyatakan akan mematuhi sanksi AS, China telah menyatakan sebaliknya.
Dunia pun mencemaskan gejolak harga minyak, akibat perseteruan Arab Saudi dan Iran yang dipicu oleh sanksi ekonomi AS.