Saudi Aramco Ingin Perkuat Pasar di Asia Termasuk Indonesia

14 Desember 2017 10:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO Saudi Aramco Amin Nasser  (Foto: Reuters/Hamad I Mohammed)
zoom-in-whitePerbesar
CEO Saudi Aramco Amin Nasser (Foto: Reuters/Hamad I Mohammed)
ADVERTISEMENT
Produsen minyak terbesar di dunia, Saudi Aramco, meneguhkan strategi ekspansi untuk menghadapi pasar minyak dunia yang semakin ketat. Perusahaan minyak milik Kerajaan Arab Saudi itu ingin menguasai lagi pangsa pasarnya yang hilang.
ADVERTISEMENT
Dalam wawancara khusus dengan Reuter, CEO Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan, kesepakatan pengurangan produksi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah membuatnya kehilangan pasar.
Kesepakatan pengurangan produksi OPEC, telah memaksa Arab Saudi menurunkan produksi minyaknya 500.000 barel per hari (bph), menjadi 10 juta bph. Untuk menyiasati itu, Arab Saudi mengembangkan bisnis minyaknya ke hilir.
“Aramco bergerak maju dengan strategi perluasan kilang dan petrokimia. Kita sedang dalam diskusi dengan beberapa mitra potensial di Asia, Eropa dan Amerika Serikat,” kata Nasser.
Awal 2017 ini, Arab Saudi menyatakan komitmen investasi miliaran dolar AS untuk proyek-proyek di Indonesia dan Malaysia. Salah satu proyek di Indonesia yang akan digarap Aramco, adalah pembangunan kilang minyak di Cilacap, Jawa Tengah, yang digarap bersama PT Pertamina (Persero).
ADVERTISEMENT
Perusahaan patungan Aramco dengan Pertamina, ditargetkan bisa dibentuk pada 2019. Dalam perusahaan patungan itu, nantinya Pertamina menguasai saham 55% dan Aramco 45%.
Perusahaan minyak Saudi Aramco. (Foto: REUTERS/ Ali Jarekji)
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan minyak Saudi Aramco. (Foto: REUTERS/ Ali Jarekji)
Rencana ini sejalan dengan target Aramco untuk meningkatkan kapasitas produksi kilangnya, baik di dalam maupun di luar Arab Saudi. Saat ini, produksi BBM dari kilang Aramco 5,4 juta bph dan akan ditingkatkan menjadi 8 juta-10 juta bph.
Aramco menargetkan menjadi perusahaan energi terpadu terbesar di dunia, dengan rencana untuk memperluas operasi kilang dan produk petrokimia.
"Kami memiliki basis pelanggan yang sangat andal, saya tidak melihat ada beberapa masalah dalam hal mendapatkan pangsa pasar di luar kesepakatan OPEC," ujar Nasser, sambil menyatakan akan tetap mematuhi target produksi OPEC.
ADVERTISEMENT
Pasar minyak India dan China, juga menjadi incaran Aramco. China, yang merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, selama ini merupakan salah satu pasar utama Aramco. Namun pada 2017, penjualan Aramco ke China dikalahkan oleh Rosneft asal Rusia. Aramco berhasrat untuk mendapatkan kembali dominasinya.
Aramco sedang dalam pembicaraan dengan PetroChina, perusahaan penyulingan minyak terbesar kedua di China, untuk berinvestasi di kilang Yunnan yang mulai beroperasi tahun ini. Nasser mengharapkan bisa segera menyelesaikan kesepakatan joint venture kilang Yunnan.
Sedangkan di India, Arab Saudi bersaing dengan Irak untuk menjadi pemasok minyak utama negara itu. Nasser menambahkan Aramco juga memiliki minat besar untuk memperluas industri hilir migas di India. “Saat ini sedang dalam pembicaraan dengan beberapa mitra”.
ADVERTISEMENT