Segudang Manfaat dari Perjanjian Dagang IE-CEPA antara RI dan Eropa

16 Desember 2018 20:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
ADVERTISEMENT
Kerja sama komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang diteken Indonesia dan European Free Trade Association (EFTA) hari ini membawa banyak manfaat untuk kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita menegaskan, dengan analisa dan perundingan bertahun-tahun, kerja sama kelima negara ini, yaitu Indonesia, Swiss, Islandia, Norwegia dan Liechtensien tidak akan merugikan kedua belah pihak. Malah, banyak keuntungan yang bisa dapat, terutama dengan kebijakan zero tariff yang terjadi pada hampir 99 persen ekspor Indonesia ke EFTA.
“Kalau dihitung dari analisa yang dibuat, kita diuntungkan. Semua yang kita minta dikasih. Semua akses market dibuka oleh EFTA (buat Indonesia). Tidak ada satu pun perjanjian yang merugikan,” kata dia ditemui di kantornya, Jakarta, Minggu (16/12).
Apa saja sebenarnya manfaat dari kerja sama ini bagi kedua belah pihak?
Di sektor barang, Indonesia diuntungkan karena bea masuk yang berlaku zero tariff hampir 99 persen. Meski begitu, ini dilakukan bertahap dengan jenjang waktu yang beragam.
ADVERTISEMENT
Secara detail, ada penghapusan tarif pada 6.333 pos tarif atau sekitar 90 persen total pos tarif Norwegia. Angka ini mencakup 99,75 persen nilai impor Norwegia dari Indonesia.
Lalu, penghapusan tarif juga terjadi pada 8.100 pos tarif di Islandia atau sekitar 94,28 persen dari total pos tarif yang ada. Angka ini, sebutnya, mencakup 99,94 persen nilai impor Islandia dari Indonesia.
Ada juga penghapusan tarif pada 7.042 pos tarif di Swiss atau sekitar 81,74 persen. Angka ini mencakup 99,65 persen nilai impor Swiss dari Indonesia.
Bagi konsumen, kata Enggar, eliminasi tersebut akan membuat harga barang menjadi lebih murah. Pilihan produk pun semakin beragam.
Untuk pelaku usaha dalam negeri juga akan diuntungkan dari sisi bea masuk untuk impor barang modal dan bahan baku.
ADVERTISEMENT
“Dengan semakin murahnya harga bahan baku, biaya produksi dapat ditekan sehingga daya saing produksi Indonesia meningkat. Jadi tidak ada satu pun perjanjian yang merugikan dan Presiden Jokowi pasti tidak izinkan,” jelas dia.
Produk Indonesia yang mendapatkan tarif preferensi antara lain minyak sawit, ikan, emas, alas kaki, kopi, mainan dan tekstil. Juga ada furniture, peralatan listrik, mesin, sepeda, hingga ban.
Lalu, keuntungan di sektor perdagangan jasa pun beragam. Mulai dari cross border di mana WNI akan mendapatkan dalam memperoleh informasi dan pendidikan dari jarak jauh. Indonesia juga bisa meningkatkan pertumbuhan e-commerce.
Di bagian consumption abroad, sektor pariwisata Indonesia diuntungkan dengan peningkatan jumlah turis dari negara anggota EFTA. Belum lagi, peningkatan aliran modal dari negara-negara anggota EFTA ke Indonesia akan mendorong laju pembangunan infrastruktur.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk commercial presence, peningkatan capacity building bagi SDM Indonesia melalui kehadiran tenaga ahli dari EFTA. Peningkatan jumlah tenaga kerja Indonesia yang dikirim ke negara EFTA.
Sertifikasi tenaga kerja Indonesia juga akan diakui oleh Negara EFTA. Terbukanya akses pasar bagi para pekerja dalam kategori Intra Corporate Trainee, Trainee, Contract Service Supplier, Independent Professional serta Young Professional.
Penandatangan kerja sama Indonesia-EFTA di Kementerian Perdagangan, Jakarta. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penandatangan kerja sama Indonesia-EFTA di Kementerian Perdagangan, Jakarta. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Peluang produk Indonesia di pasar EFTA juga menjanjikan. Hasil analisa ekspor potensial Indonesia dengan Negara EFTA (ITC, 2018) menyebutkan, produk dengan potensi ekspor terbesar dari Indonesia ke Swiss adalah perhiasan dari logam mulia, kopi dan alas kaki. Selain itu, Indonesia memiliki kapasitas pasokan tertinggi untuk minyak kelapa sawit. Di sisi lain, produk dengan potensi permintaan terkuat di Swiss adalah imunologi.
ADVERTISEMENT
Produk dengan potensi ekspor terbesar dari Indonesia ke Norwegia adalah nickel matte, alas kaki olahraga dan kopi. Indonesia juga memiliki kapasitas pasokan tertinggi untuk produk seats of cane, osier & similar, sementara produk dengan potensi permintaan terkuat di Norwegia adalah nickel matte.
Produk dengan potensi ekspor terbesar dari Indonesia ke Islandia adalah Udang, minyak kelapa mentah dan kopi. Indonesia juga memiliki kapasitas pasokan tertinggi untuk palm oil & fractions, sementara kendaraan bermotor untuk mengangkut orang adalah produk dengan potensi permintaan terkuat di Islandia.
Di sisi investasi, kerja sama ini juga menguntungkan. IE-CEPA diharapkan menciptakan iklim usaha yang terbuka, stabil dan dapat diprediksi bagi para investor. Peningkatan investasi akan membuka kesempatan yang lebih luas bagi dunia usaha, terciptanya lapangan kerja yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Investasi dari negara maju juga akan membawa dampak positif dari segi transfer teknologi dan pengetahuan sehinga dapat meningkatkan daya saing produk dan jasa domestik di pasar internasional.
Sektor investasi yang ditawarkan Indonesia kepada EFTA melalui IE-CEPA di antaranya: perikanan, pertanian, manufaktur (produk makanan, tekstil, kimia, farmasi), dan energi.