Sejak Januari 2018, BI Kucurkan Rp 50 Triliun untuk Stabilkan Rupiah

24 Mei 2018 14:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku sejak awal tahun ini bank sentral telah menggelontorkan dana hingga Rp 50 triliun di surat berharga negara (SBN) untuk menstabilkan rupiah. Sementara untuk bulan ini saja, bank sentral telah mengeluarkan Rp 13 triliun.
ADVERTISEMENT
"Rp 50 triliun sejak awal tahun sampai sekarang. Yang paling banyak sejak bulan ini, Rp 13 triliun SBN di pasar sekunder," ujar Perry di Gedung Mahkamah Agung (MA), Jakarta, Kamis (24/5).
Perry mengatakan, intervensi melalui SBN ini dilakukan untuk menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Selain itu, hal ini juga untuk menjaga imbal hasil (yield) SBN agar tetap menarik bagi investor.
Sementara untuk intervensi di pasar valuta asing (valas), Perry tak menjelaskan lebih jauh. Namun dirinya menyatakan akan meluangkan lebih banyak waktu untuk bertemu perbankan di sektor valas.
"Bagaimana menjaga yield government bond tetap menarik tapi tidak berfluktuasi yang berlebihan. Kami akan banyak bertemu perbankan di pasar valas," katanya.
ADVERTISEMENT
Sejak awal tahun hingga 21 Mei 2018, rupiah terhadap dolar AS sudah melemah 4,35% (year to date/ytd), namun lebih baik dibandingkan negara lainnya, seperti rupee India yang melemah 6,7% (ytd), real Brasil melemah 12,8% (ytd), dan lira Turki melemah 20% (ytd).
Untuk menstabilkan rupiah, bank sentral melakukan intervensi ganda, yakni di pasar valas maupun SBN. Namun langkah bank sentral tersebut tentunya menyedot cadangan devisa.
Pada awal Januari 2018, jumlah cadev mencapai USD 131,98 miliar. Namun per akhir April 2018, jumlah cadev menurun dan berada di angka USD 124,9 miliar.