Sengkarut PT Pos Indonesia, Bagaimana Solusinya?

4 Februari 2019 9:06 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penurunan barang di kantor pos. Foto: Ardhana Pragota/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penurunan barang di kantor pos. Foto: Ardhana Pragota/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Persoalan terus membelit PT Pos Indonesia (Persero). Bisnis perusahaan pelat merah ini lesu, hingga yang terakhir belum dibayarnya gaji para karyawan dan baru dijanjikan akan dibayar pada hari ini, Senin (4/2).
ADVERTISEMENT
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan tren pengiriman surat yang menurun serta keruntuhan bisnis jasa keuangan yang menjadi andalan memukul bisnis PT Pos. "Lini bisnis surat menyurat sedang turun tajam akibat perkembangan zaman. Layanan jasa keuangan PT Pos tergerus akibat program bantuan tunai pemerintah tidak ada dan semakin banyak jasa keuangan," katanya kepada kumparan (3/2).
Terhitung sejak tahun 2015, bisnis pengiriman surat di PT Pos memang mengalami penurunan drastis hingga 50 persen. "Akan dan pasti semakin tergerus," kata Direktur Utama PT Pos Indonesia, Gilarsih W Setijono, ketika ditemui di Kantornya, Jakarta, Kamis (22/11/2018).
Sementara itu, Gilarsi mengatakan jasa keuangan juga mengalami kembang kempis. "Benar-benar susah, dua bisnis kami (surat dan keuangan) decline dan itu punya margin yang bagus, jasa keuangan itu marginnya bagus. Dengan decline-nya jasa keuangan itu sangat memukul kami jadi sekarang struggle-nya bagaimana kami bisa bermain di cost reduction, hanya sekadar untuk bisa survive," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Penurunan yang terjadi dari tahun ke tahun itu, diketahui turut menggerus laba PT Pos. Misalnya saja sepanjang tahun 2018, laba PT Pos anjlok hingga 70 persen menjadi hanya Rp 130 miliar dibandingkan tahun sebelumnya Rp 445,43 miliar.
Tukang Pos masa kini Foto: Ardhana Pragota/kumparan
Direktur Keuangan Pos Indonesia Eddi Santosa mengatakan salah satu beban perusahaan adalah Public Service Obligation (PSO) untuk postal yang melayani pos universal, sebagian harus ditanggung sendiri oleh perusahaan.
Kendala lainnya adalah bisnis logistik yang belum bisa menjadi tumpuan PT Pos. Apalagi persaingan yang terjadi, sementara PT Pos belum sigap dalam menghadapi segala kemajuan dan tuntutan zaman.
"PT Pos hendaknya mulai berbenah dengan menerapkan jasa antar kurir satu hari sampai, terlebih PT Pos juga mempunyai Pak Pos yang berjumlah tidak sedikit dan mampu bersaing dengan driver Go-Jek dan Grab dalam urusan antar mengantar barang," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Senada, Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan PT Pos terlambat dalam melakukan inovasi dalam mengimbangi pesatnya teknologi dan gaya hidup masyarakat. Imbasnya, PT Pos tergencet dalam persaingan pengiriman barang dan logistik yang kian masif.
"Sekarang ini kan jasa pelayanan pengiriman kan naik seiring perkembangan e-commerce. Dulu JNE dibantu PT Pos, tapi sekarang JNE perkembangan bisnisnya jauh lebih baik dari PT Pos," terang dia. PT Pos yang memiliki tanggung jawab pelayanan kepada seluruh masyarakat Indonesia pun, kata dia, mesti terseok-seok karena harus menanggung beban berlipat. Sudah anjlok dari segi pendapatan namun mesti harus tetap menjalankan kewajiban.
"Walaupun bisnis pengiriman barang (surat) sudah sangat turun, PT Pos tidak boleh meninggalkan daerah-daerah 3T. Walaupun tidak menguntungkan, PT Pos tidak bisa meninggalkan kewajiban itu," katanya dihubungi dalam kesempatan berbeda (3/2). Namun di sisi lain, menurut dia, PT Pos juga dinilai lambat melakukan adaptasi teknologi dan masih terpatok dalam budaya-budaya kerja konvensional. "PT Pos tidak melakukan perubahan cepat. Antisipasi perkembangan teknologi, perkembangan gaya hidup masyarakat. Memang sebagai BUMN seringkali kita tahu, BUMN (seolah) tidak cepat," tambahnya.
Distribusi barang-barang kiriman PT Pos Indonesia Foto: Ardhana Pragota/kumparan
ADVERTISEMENT
Untuk itu, kata Piter, PT Pos perlu melakukan transformasi total jika memang mau bertahan. Hal fundamental ialah soal sumber daya manusia (SDM).
"Mayoritas adalah pegawai lama, yang saya rasa sulit melakukan transformasi besar-besaran. Untuk bisa menghidupkan kembali PT Pos, PT Pos harus bertransformasi yang luar biasa, tidak bisa lagi seperti dulu," ucapnya.
Terkait itu, PT Pos dinilai harus berani mengambil risiko terkait reformasi SDM itu. "Mau tak mau yang paling cepat, ada pergantian pegawai. Ada yang harus diputus secara dini, pensiun dini, dan kemudian menambah pegawai baru yang memang dibutuhkan sebagai transformasi. Harus berani," kata dia.
Tak kalah penting, kata Piter, pemerintah juga mesti berinvestasi untuk kelangsungan PT Pos. Salah satu hal yang perlu dioptimalkan ialah pemberdayaan aset yang dimiliki PT Pos yang ada di seluruh daerah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Itu kan modal besar yang seharusnya bisa dimanfaatkan, bisnis aset besar. Pengiriman paket, seiring berkembangnya e-commerce itu kan mereka memerlukan pergudangan, pengiriman paket yang super canggih. Itu bisa dikembangkan disesuaikan dengan karakter bisnis yang baru nanti," paparnya.