Sepatu Sneakers Bisa Jadi Investasi Menggiurkan, Benarkah?

16 September 2019 8:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung melihat sepatu Sneaker balita saat pameran di Lippo mall Kemang. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung melihat sepatu Sneaker balita saat pameran di Lippo mall Kemang. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Mengoleksi barang-barang kesukaan memang mempunyai kepuasan tersendiri. Setiap ada model baru yang keluar, para kolektor akan bergerak cepat membelinya agar hobi mengoleksi barang bisa terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Barang-barang yang dikoleksi juga beragam mulai dari sepatu sneakers sampai lego. Selain itu tentu banyak barang-barang lain yang bisa dikoleksi sesuai dengan hobi masing-masing.
Lalu, apakah barang-barang koleksi itu bisa menguntungkan dari segi keuangan?
Lead Financial Trainer di www.qmfinancial.com, Ligwina Hananto, mengatakan barang-barang koleksi itu tidak menutup kemungkinan malah menguntungkan secara ekonomi apabila suatu saat mau dijual. Namun, ia menegaskan tidak semua barang koleksi bisa menguntungkan.
“Tidak semua barang koleksi memiliki kenaikan nilai. Walaupun dijual masih ada nilai, sering kali barang koleksi nilainya turun. Barang koleksi yang nilainya meningkat biasanya punya syarat khusus. Misalnya, action figure masih dalam mint condition, atau lukisan karya pelukis ternama,” kata Ligwina saat dihubungi, Senin (16/9).
Pengunjung memilih sepatu Sneaker pada pameran di Lippo mall Kemang. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Untuk itu, Ligwina mengungkapkan kalau hendak berinvestasi melalui barang-barang koleksi, para kolektor harus bisa mengakumulasikannya. Ia menyarankan belinya bisa secara perlahan.
ADVERTISEMENT
“Artinya bisa beli sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, lalu dijual. Masalahnya, untuk barang koleksi, tidak semua kolektor punya niat menjual barangnya. Ada yang murni untuk koleksi dipajang atau untuk kenangan saja,” ujar Ligwina.
Ligwina menuturkan kalau memang berniat investasi secara serius bisa menyasar sektor seperti properti atau surat berharga. Sebab, ia mengakui barang koleksi bisa saja tidak menghasilkan nilai kalau tidak dijual.
“(Investasi) dapat memberikan nilai generatif seperti aset aktif misal bisnis, properti, surat berharga,” tutur Ligwina.