Seperti di China, PKL Indonesia Sudah Melek Pembayaran Nontunai

11 Maret 2019 8:36 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warung makanan yang sudah gunakan aplikasi uang elektronik Ovo dan Go-Pay di sekitar Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warung makanan yang sudah gunakan aplikasi uang elektronik Ovo dan Go-Pay di sekitar Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Kehadiran Ovo dan Go-Pay membuat pilihan sistem pembayaran di Indonesia menjadi beragam. Kedua aplikasi ini menawarkan sensasi membeli barang atau makanan hanya dengan memindai kode respons cepat (scan quick respons code/QR-Code) dari ponsel pintar konsumen.
ADVERTISEMENT
Akses ini tak hanya tersedia di restoran dalam mal, tapi banyak juga pedagang kali lima (PKL) yang sudah menggunakannya. Lebih dulu, perkembangan teknologi pembayaran nontunai berbasis aplikasi juga sudah sangat maju di China. PKL hingga pengamen di Negeri Tirai Bambu sudah menerima pembayaran dengan skema pemindaian QR-Code. Berikut kumparan rangkum tren pembayaran makanan dengan Ovo dan Go-Pay seperti di China:
1. Toko dan Warung di Pinggir Jalan Banyak yang Pakai Pembayaran Nontunai
Tak hanya restoran di dalam mal, para pedagang makanan kaki lima (PKL) sudah banyak yang menggunakan alat pindah QR-Code. Di sekitar Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ada sekitar 5 toko atau warung yang kumparan datangi. Kesemuanya menggunakan layanan pembayaran nontunai ini di warung dan toko mereka.
ADVERTISEMENT
Ciri-ciri toko atau warung yang menggunakan layanan pembayaran nontunai ini terlihat dari logo dan besarnya diskon yang terpampang di sekitar warung atau gerobak.
2. Alasan PKL Pakai Ovo dan Go-Pay: Mudahkan Konsumen dan Ikuti Zaman
Sarno, pedagang dan pemilik warung bakmi ayam Lapangan di Jalan Murni, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengatakan awal mula menyediakan layanan Ovo di warungnya karena petugas marketing dari perusahaan tersebut datang.
Sebagai pedagangan bakmi selama 25 tahun, Sarno sebenarnya tak begitu paham dengan cara pembayaran kekinian ini. Katanya, dia lebih suka orang yang beli bakmi dan es kelapa di warungnya pakai uang tunai.
Meski begitu, kata dia, dirinya tidak boleh anti terhadap perkembangan yang ada. Jadi, tidak ada salahnya warung bakminya menggunakan layanan ini, kalau tidak nanti dia ketinggalan zaman.
ADVERTISEMENT
"Tapi mungkin lama-lama kita biasa kan (pakai Ovo ini). Enggak perlu cari-cari receh kan (buat kembalian), jadi gampang. Ini prosesnya ya harus dijalanin, lama-lama kalau enggak ngikutin, ya kita ketinggalan nanti," katanya.
Warung makanan yang sudah gunakan aplikasi uang elektronik Ovo dan Go-Pay di sekitar Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
3. Promosi dan Diskon Jadi Daya Tarik Konsumen
Adanya promo dan diskon yang bertebaran menjadi daya tarik konsumen untuk mau melakukan transaksi pakai uang elektronik ini, terutama anak muda.
Salah satu pembeli yang kumparan temui, Reni Aisyah (27) mengatakan kerap menggunakan layanan Ovo atau Go-Pay dalam membeli makanan. Seperti siang tadi, dia yang datang bersama ibunya mengaku ingin membeli kue kering di Pasar Minggu karena ada diskon di depan toko tersebut. Diskon yang dimaksud adalah cashback 10 persen dari Ovo.
ADVERTISEMENT
"Iya, ke sini buat beli pie buat ke rumah saudara. Pakai Ovo karena ada cashback-nya, lumayan kan," kata dia kepada kumparan.
Hal serupa juga terjadi pada Kurnia. Ibu satu anak ini mengaku bahwa kerap memburu diskon yang diberikan Go-Pay saat tanggal gajian. Sebab, biasanya saat awal bulan, Go-Pay memberlakukan program Go-Pay Pay Day untuk belanja di minimarket.
Diskon seperti ini, meskipun cashback-nya berubah-ubah, kata Kurnia sangat berguna bagi ibu-ibu muda seperti dia untuk menghemat pengeluaran. Diakui Kurnia, kadang dia sampai membuat daftar promo apa saja yang bisanya keluar melalui dua aplikasi ini.
4. Tak Mau Ketinggalan, 6 BUMN Bikin LinkAja
Di dalam negeri, pemerintah pun tak ingin ketinggalan. Baru-baru ini, Kementerian BUMN membuat aplikasi pembayaran serupa bernama LinkAja.
ADVERTISEMENT
Aplikasi ini merupakan produk buatan dari 6 perusahaan negara, yakni Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN, Pertamina, dan Telkomsel yang tergabung dalam PT Fintek Karya Nusantara (Finarya). LinkAja digadang-gadang bakal menyaingi Ovo dan Go-Pay.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas, mengatakan ada beberapa program yang telah disiapkan LinkAja untuk bersaing dengan pemain yang sudah ada. Salah satunya menebar promo selama dua bulan, terutama untuk menyambut ulang tahun Kementerian BUMN ke-21 tahun pada 13 April 2019.
Rohan optimistis promosi akan efektif, mengingat jumlah nasabah bank BUMN yang kerja sama dengan LinkAja cukup banyak. Saat ini, jumlah nasabah Himbara mencapai 50-60 juta.
"Jadi promo bisa digabung bersama-sama, lebih besar promonya. Kalau promo sendiri kan enggak sebesar promo bersama. Jadi ini menguntungkan nasabah dan mengefisienkan BUMN. Selain promo, ada value chain sebab kita punya nasabah korporasi. Dia (pesaing) punya ritel bisnis, grup ini (LinkAja) punya food and beverage, lebih ke situ kekuatannya," kata dia.
ADVERTISEMENT