Setelah KSO, Garuda Indonesia Berencana Akuisisi Saham Sriwijaya Air

16 Januari 2019 19:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Maskapai Garuda dan Sriwijaya Air. (Foto: Shutter stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Maskapai Garuda dan Sriwijaya Air. (Foto: Shutter stock)
ADVERTISEMENT
Garuda Indonesai Group, melalui anak usahanya PT Citilink Indonesia, berencana untuk mengakuisisi saham Sriwijaya Air dan Nam Air. Saat ini, Kedua perusahaan baru melakukan kerja sama operasi (KSO) untuk membantu melunasi utang Sriwijaya Air Group ke sejumlah BUMN.
ADVERTISEMENT
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, saat ini Garuda Indonesia tengah mengkaji kebijakan untuk mengakuisisi Sriwijaya Group. Namun dia tidak menjelaskan apakah Garuda akan mengakuisisi penuh saham Sriwijaya Air Group.
"Lagi berbicara. Nanti tergantung hitungan bisnisnya, tapi memang ada pembicaraan ke sana (akuisisi)," kata Rini saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (16/1).
Rini menjelaskan, Garuda Indonesia bersedia melakukan KSO dengan Sriwijaya Air karena maskapai harus memiliki penerbangan dan kursi yang sesuai dengan permintaan masyarakat. Garuda Indonesia meyakini permintaan ke depan semakin tinggi.
"Airline itu harus punya fleet yang cukup, harus punya slot yang cukup. Kalau enggak namanya co-share sama Sriwijaya," beber Rini.
Menteri BUMN, Rini Soemarno berbincang dengan media di kawasan Menteng, Jakarta. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri BUMN, Rini Soemarno berbincang dengan media di kawasan Menteng, Jakarta. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
Dia mengungkapkan dalam KSO itu, Sriwijaya Air Group bekerja sama dengan Citilink karena potensi pasar airline di Indonesia yang paling besar adalah Low Cost Carrier (LCC).
ADVERTISEMENT
"Kami memang melihat potensi pasar airline di Indonesia ini yang akan besar adalah LCC, karena LCC itu cost structure-nya bagus, sehingga harga tiket memadai," ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara, utang Sriwijaya Group kepada Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia mencapai USD 58 juta atau setara Rp 835 miliar (kurs: Rp 14.400).
Kemudian utang Sriwijaya Group kepada Pertamina mencapai USD 60 juta atau setara Rp 864 miliar. Lalu, menurut dia, maskapai itu juga memiliki utang kepada BNI yang ditaksir sekitar Rp 500 miliar.
“Jadi kami bantu untuk fokuskan selesaikan utang-utang Sriwijaya Group ke BUMN. Kami lebih ke manajemennya,” ujarnya.