Setelah Rugi Rp 2,4 T di 2018, Garuda Bidik Raup Laba Rp 980 M di 2019

26 Juli 2019 19:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Garuda Indonesia di landasan Terminal 3, Bandara Internasional Soekarno-Hatta Foto: REUTERS / Darren Whiteside
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Garuda Indonesia di landasan Terminal 3, Bandara Internasional Soekarno-Hatta Foto: REUTERS / Darren Whiteside
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) targetkan perolehan laba perseroan di 2019 capai USD 70 juta atau sekitar Rp 980 miliar (kurs Rp 14.000). Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Fuad Rizal, mengaku optimistis kinerja keuangan perusahaan akan semakin membaik di kuartal ketiga dan keempat.
ADVERTISEMENT
Sebab, kuartal ketiga nanti akan ditopang dari pendapatan keberangkatan haji pada awal Juli.
“Kita optimistis akhir tahun ini kita usaha capai nett profit USD 70 juta. Di kuartal selanjutnya khususnya kuartal ketiga kami perkirakan akan lebih baik karena pendapatan haji itu akan jadi bagian dari total pendapatan di kuartal ketiga,” katanya saat ditemui di Kantor Pusat Garuda Indonesia, Cengkareng, Tangerang, Jumat (26/7).
Selain itu, pihaknya juga mengaku akan melakukan sejumlah efisiensi baik dari perpanjang sewa pesawat, pengurangan rute-rute yang tidak banyak mengangkut penumpang, hingga fuel hedging atau lindung nilai.
Menurutnya, dengan memperpanjang sejumlah unit pesawat yang disewa GIAA, perseroan akan memperoleh diskon sebesar 25-30 persen. Karenanya, Fuad menyebut akan segera perpanjang sekitar 10 unit pesawat GIAA di tahun ini.
Garuda Indonesia Kebaya Pertiwi Special Flight Foto: Dok. Garuda Indonesia
Selain itu, pihaknya juga akan fokus untuk mengurangi rute dengan tingkat keterisian rendah di penerbangan internasional. Dia mencontohkan, telah menutup rute Denpasar-London karena dianggap tidak menguntungkan.
ADVERTISEMENT
“Pengurangan rute ini cukup signifikan terhadap pendapatan kami,” tambahnya.
Sedangkan untuk fuel hedging, Fuad mengaku masih memiliki banyak limit atau batas di sejumlah bank asing yang ada di Singapura dan Hongkong.
“Kenapa kami memilih untuk lakukan fuel hedging di bank asing karena di Indonesia secara aturan penerapan fuel hedging belum bisa diterapkan,” tambahnya.
Sebelumnya, Garuda Indonesia tercatat merugi pada 2018 setelah merevisi laporan keuangannya. Perusahaan mencatatkan net loss atau rugi bersih sebesar USD 175,028 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun (kurs Rp 14.000) berbeda dari sajian sebelumnya, di mana dicatatkan laba sebesar USD 5,018 juta.