Setiap Hari, 80 Ton Hasil Panen Petani Terjual Lewat TaniHub

15 Agustus 2019 21:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gudang Penyimpanan dan Pengemasan Hasil Pertanian Petani yang Dikelola TaniGroup di Kawasan Bogor, Jawa Barat. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gudang Penyimpanan dan Pengemasan Hasil Pertanian Petani yang Dikelola TaniGroup di Kawasan Bogor, Jawa Barat. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
Perusahaan rintisan (startup) di bidang pertanian, TaniHub, mampu menyalurkan 80 ton hasil panen petani setiap hari. Di satu gudang penyimpanan dan pengemasan saja, yaitu di Bogor, hasil panen petani yang disalurkan mencapai 25 ton per hari.
ADVERTISEMENT
Sementara, saat ini TaniHub yang merupakan bagian usaha dari TaniGroup mempunyai 4 gudang, yakni di Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
CEO & Co-Founder TaniHub Ivan Arie Sustiawan mengatakan, masing-masing gudang itu bisa menjual sekitar 15-20 ton per hari. Paling banyak didominasi oleh buah-buahan segar yang disalurkan utamanya di Pulau Jawa.
"Buah yang paling favorit, di pulau Jawa permintaan yang paling banyak, sebanyak 25 ton per hari. Ini hanya untuk di sini aja (Bogor), belum di bandung dan yang lain sekitar 15-20 ton per hari," ujar Ivan saat ditemui di Bogor, Jawa Barat, Kamis (15/8).
CEO & Co-Founder Tanihub Ivan Arie Sustiawan. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Pantauan kumparan (15/8), gudang penyimpanan dan pengemasan TaniHub berisi berbagai hasil pertanian petani rekanan TaniHub. Mulai dari sayur mayur, buah-buahan, bahkan hingga beras yang dikemas per karung.
ADVERTISEMENT
Di gudang itu, tampak beberapa pekerja berseragam rapi yang sedang menyusun hasil panen petani yang telah dibersihkan. Setelah itu, masing-masing dikemas sesuai dengan wadahnya sebelum melalui proses pengiriman.
Ivan menjelaskan, hasil pertanian petani itu nantinya akan dijual ke konsumen secara online melalui aplikasi ataupun secara offline dengan skala relatif besar. Misalnya saja, restoran, katering, hingga UMKM di masyarakat.
"Pengiriman h+1 (setelah pemesanan) semua sama rata. Pembeliannya bisa white label atau tanpa mereka jika ada yang ingin menjual kembali. Tidak masalah bagi kami, yang paling penting panennya petani terserap," papar dia.
CEO & Co-Founder Tanihub Ivan Arie Sustiawan. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Pihaknya menyebut, petani yang bisa menjual hasil pertanian di TaniHub itu sementara merupakan rekanan petani yang telah tergabung dalam ekosistem TaniGroup. Di situ, para petani dalam kelompok petani dibina untuk pengelolaan pertanian hingga mendapat modal.
ADVERTISEMENT
Hingga masa panen, para petani itu kemudian bisa mendapatkan bagi hasil keuntungan yang relatif stabil dan tidak terpengaruh fluktuasi harga. Di proses itupun, mata rantai tengkulak yang memainkan harga bisa dipotong.
"Itu ada kontraknya, dan ada bonusnya bagi mereka. Mereka terjaga dari fluktuasi harga, yang penting itu adalah HPP (Harga Pokok Penjualan) mereka, mereka sudah untung, tak perlu modal, dan itu sudah kami sediakan, dan hasil panen mereka kami hargai di atas HPP mereka yaitu minimal 5 persen lebih tinggi," tegasnya.
CEO & Co-Founder Tanihub Ivan Arie Sustiawan. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Tak hanya kestabilan harga, keuntungan lain yang didapatkan petani dengan bergabungnya ke startup itu ialah soal akses permodalan yang terhubung dengan P2P TaniFund hingga penyerapan hasil pertanian yang optimal.
ADVERTISEMENT
"Masa depan petani lebih cerah, kalau mau ngembangin 1 ha pertanian lebih besar, tidak perlu bingung modal. Pembayaran ke mereka cepat, 3-7 hari. Membuat mereka happy. Setiap periode (panen) kita juga selalu meningkatkan demand ke mereka," tandasnya.
Data TaniGroup menyebut sampai saat ini ada sekitar 25 ribu petani yang tergabung dalam TaniGroup di seluruh wilayah Indonesia. Sebanyak 10 persen di antaranya, ialah para petani milenial.