Setuju Kantong Plastik Kena Cukai, Pedagang Pasar Minta Syarat Khusus

10 Juli 2019 15:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantong plastik biodegradable. Foto: Lloyd Russell/University of Plymouth
zoom-in-whitePerbesar
Kantong plastik biodegradable. Foto: Lloyd Russell/University of Plymouth
ADVERTISEMENT
Pemerintah berencana menerapkan cukai kantong plastik. Nantinya, per 1 kg kantong plastik bakal dipatok sekitar Rp 30 ribu atau Rp 200 per lembar. Adapun harga kantong plastik setelah kena cukai ke masyarakat menjadi Rp 400-Rp 450 per lembar.
ADVERTISEMENT
Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikkapi), Abdullah Mansuri, menilai aturan tersebut bertujuan baik. Sebab bisa mengurangi penyebaran plastik. Tapi ada beberapa hal yang mesti dilakukan pemerintah agar pedagang dan pembeli tak dirugikan.
Kata dia, laiknya kebijakan pada umumnya, harus ada tahapan-tahapan yang harus dilalui. Pertama, sosialisasi tentang bahayanya kantong plastik dan alasan mengapa barang banyak manfaatnya ini dikenai cukai oleh negara.
Kedua, pemerintah harus mencari alternatif pengganti kantong plastik ini. Semisal, sebelum ada kantong plastik, pasar-pasar tradisional membungkus barang dagangan mereka dengan daun jati. Tapi lambat laun, daun jati pun menipis, akhirnya pakai kertas, lalu beralih ke kantong plastik.
Ilustrasi kantong plastik. Foto: Pixabay
“Ini perlu ada kebijakan penggantinya sehingga masyarakat enggak disulitkan dalam membawa barang dagangannya,” kata Abdullah kepada kumparan, Rabu (10/7).
ADVERTISEMENT
Ketiga, Abdullah mengatakan, dengan harga Rp 450 per lembar, diakuinya cukup mahal bagi para pedagang. Sebab, mereka harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli kantong plastik.
Di sisi lain, harga bahan pokok juga banyak mahal, sementara daya beli masyarakat rendah. Kondisi ini akan mempengaruhi harga jual pedagang ke pembeli.
Karena itu, Abdullah menyarakan, pemerintah mensubsidi masyarakat dengan membagikan wadah pengganti. Salah satu yang cocok, kata dia, adalah tas anyaman untuk komoditas dagangan yang kering. Sedangkan dagangan yang basah, mau tak mau harus gunakan plastik.
“Sebenarnya kalau pemerintah berupaya mengurangi kantong plastik ini, seharusnya ada subsidi yang dilakukan pemerintah pembagian tas anyaman ke pembeli. Sosialisasi nyamannya gunakan tas anyaman, bisa hidupkan kembali. Ini bs dilakukan jika koordinasi pemerintah, pedagangan, dan masyarakat dilakukan dengan baik,” jelasnya.
ADVERTISEMENT