Siap Kelola Tapera, BTN Akan Akuisisi Perusahaan Manajemen Investasi

11 Juli 2018 12:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama BTN, Maryono (Foto: Siti Maghfirah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama BTN, Maryono (Foto: Siti Maghfirah/kumparan)
ADVERTISEMENT
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk siap mengakuisisi anak usaha baru dalam bentuk manajemen investasi. Aksi korporasi tersebut dilakukan untuk menggarap potensi pendanaan jangka panjang setelah beroperasinya Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera).
ADVERTISEMENT
Direktur Utama BTN, Maryono, mengatakan dalam payung hukum terkait Tapera, entitas bank diberikan dua opsi pilihan untuk mengelola dana tersebut, yakni sebagai bank kustodian atau memiliki manajemen investasi.
Dari hasil kajian bisnis perseroan, kata dia, perseroan memutuskan mengambil opsi memiliki manajemen investasi. Nantinya, entitas manajemen investasi tersebut bakal digunakan untuk mengelola dana Tapera secara profesional dan komersial.
“Pada September tahun ini kami akan membeli anak usaha dalam bentuk manajemen investasi. Ini sebagai salah satu langkah kami mengamankan sumber pembiayaan jangka menengah panjang termasuk yang bersumber dari Tapera,” ujar Maryono dalam keterangan resmi, Rabu (11/7).
Maryono menambahkan, langkah strategis tersebut juga dilakukan melihat prospek yang semakin cerah usai relaksasi loan to value (LTV) di sektor perumahan yang ditetapkan Bank Indonesia mulai 1 Agustus 2018.
ADVERTISEMENT
“Kebijakan tersebut menjadi keuntungan bagi Bank BTN dengan core business pembiayaan perumahan,” kata dia.
Maryono meyakini adanya relaksasi dari bank sentral tersebut, perseroan akan mampu mencapai target pertumbuhan pembiayaan pada tahun ini. Apalagi, mulai paruh kedua tahun ini Bank BTN sudah bisa menggunakan dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Bank BTN (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bank BTN (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Pada skema baru FLPP tersebut, 75% dananya berasal dari pemerintah, sedangkan 25% sisanya bersumber dari PT Sarana Multigriya Finansial (SMF). Dengan penambahan fasilitas itu, emiten bersandi saham BBTN ini juga bisa menggunakan dua sumber pembiayaan yakni Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan FLPP.
Untuk memperkokoh sumber pembiayaan, tutur Maryono, Bank BTN juga terus berinovasi mengembangkan produk-produk low-cost fund. Di antaranya, perseroan telah menyiapkan beberapa program untuk produk tabungan dan giro.
ADVERTISEMENT
“Kami telah menyiapkan program low-cost fund yang menarik untuk mendukung rencana pembiayaan kami yang ekspansif. Semua langkah tersebut kami siapkan agar BTN tetap menjadi leader di bidang perumahan dan kami optimistis target bisnis pada tahun ini akan tercapai," jelasnya.
Hingga akhir Mei 2018, BTN telah menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) senilai Rp 187,61 triliun. Posisi DPK tersebut tercatat naik 17,15% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp 160,14 triliun pada bulan yang sama tahun sebelumnya.
Laju pertumbuhan simpanan masyarakat di BTN tersebut juga terpantau masih berada di atas rata-rata posisi kenaikan DPK di industri perbankan nasional. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pertumbuhan DPK secara industri hanya naik di level 8% (yoy) pada April 2018.
ADVERTISEMENT
Dari sisi penyaluran kredit dan pembiayaan, BTN mencatatkan laju kenaikan di atas rata-rata industri perbankan di Tanah Air. Per Mei 2018, BTN menyalurkan fungsi intermediasi senilai Rp 209,23 triliun atau tumbuh 20,58% (yoy) dari Rp 173,52 triliun. Sebaliknya, data OJK menyebutkan kredit perbankan secara nasional hanya tumbuh sebesar 9% (yoy) per April 2018.